wellcome!!!!!!

click

Thursday, June 24, 2010

Evolusi Pemikiran Manajemen

1. KONTRIBUSI KEPADA MANAJEMEN PADA MASA LALU
Banyak catatan dan ide yang berhubungan dengan manajemen sudah ada sejak zaman kuno. Di antaranya, ada catatan orang mesir, orang yunani, pengalaman dan praktek administrative gereja katolik, organisasi militer, dan para kameralis abad ke 16 sampai ke 18.
a. Manajemen Pada Zaman Kuno
Interpretasi terhadap tulisan peninggalan Mesir kuno, yang sudah ada sejak tahun 1300 sebelum Masehi, menunjukkan pengakuan betapa pentingnya organisasi dan administrasi dalam Negara-negara birokratis di zaman kuno.
Meskipun catatan peninggalan Yunani tidak memberi banyak pengertian tentang prinsip-prinsip manajemen yang digunakan, namun dengan adanya persemakmuran di Athena, yang disertai dengan dewan-dewannya, pengadilan rakyat, pejabat administrasi, dan dewan jendral, kita bias melihat adanya penghargaan kepada fungsi manajerial.
Catatan tentang manajemen dari Romawi purba tidak lengkap, meskipun jelas diketahui bahwa kompleksnya pkerjaan administrasi menghasilkan perkembangan yang luar biasa dalam tekhnik manajerial.
b. Gereja Roma Katolik.
Jika kita menilai berdasarkan usia, maka organisasi formal yang paling efektif dalam sejarah peradaban Barat adalah Gereja Roma Katolik. Usia organisasinya yang panjang itu tidak hanya disebabkan oleh daya tarik tujuannya, tetapi juga karena keefektifan teknik organisasi dan manajemennya.


c. Organisasi Kemiliteran.
Seperti dapat diperkirakan, sejumlah prinsip dan praktek yang lebih penting dalam bidang manajemen perusahaan modern dapat ditemukan dalam organisasi-organisasi militer. Kecuali gereja, tidak ada bentuk organisasi lainnya dalam sejarah peradaban Barat yang dipaksakan, oleh masalah-masalah dalam pemanajemenan kelompok besar, untuk mengembangkan prinsip-prinsip organisasi. Namun, walaupun ada kebutuhan, organisasi-organisasi militer gagal menerapkan banyak teori sebelum dua abad yang lalu.
d. Para Kameralis
Para kameralis adalah sekelompok cendekiawan dan administrator Negara berkebangsaan jerman dan Austria. Pada umumnya, dari abad ke 16 sampai ke 18, mereka menganut ajaran yang sama dengan kaum merkantilis Inggris dan aliran-aliran fisiokratis Prancis dalam bidang ekonomi politik.

2. PELOPOR-PELOPOR YANG MENDAHULUI TAYLOR DAN MANAJEMEN ILMIAH.
Meskipun Frederick Taylor, yang mengembangkan pemikirannya pada awal abad kedua puluh, biasanya disebut “bapak manajemen ilmiah”, namun banyak orang sebelum taylor member kontribusi yang berarti kepada pemikiran manajemen, berikut beberapa diantaranya:
a. James Watt Jr., dan Mathew Robinson Boulton.
Barangkali Watt dan Boultonlah yang paling dini memakai pendekatan ilmiah pada manajemen. Mereka adalah putra dari para pionir yang menemukan dan mengembangkan mesin uap. Selama dekade berikutnya, Watt dan Boulton mengembangkan sejumlah sistem manajemen yang merupakan kejutan bagi para sarjana, bahkan sampai sekarang.


b. Robert Owen.
Seorang industriawan yang paling berhasil dari permulaan abad ke sembilan belas adalah Robert Owen. Dialah salah seorang pionir manajemen yang terkemuka. Selama periode 1800 sampai 1828, Owen melakukan apa yang pada saat itu dianggap sebagai suatu percobaan yang belum pernah terjadi sebelumnya, pada kelompok pabrikan tekstil yang dikelolanya di Skotlandia. Itulah sebabnya dia disebut sebagai “bapak manajemen personalia modern”.
c. Charles Babbage
Babbage bukanlah seorang industriawan atau manajer, melainkan seorang profesor dan ilmuwan. Dia seorang ahli matematika Inggris terkemuka yang bekerja sebagai profesor matematika di Universitas Cambridge dari tahun 1828 sampai 1839. Pekerjaan keilmuannya sebelum dan sesudah kedudukan tetapnya sebagai profesor mencurahkan perhatian yang terus-menerus kepada toko-toko dan pabrik-pabrik baik di Inggris Raya maupun di benua Eropa.
d. Henry Varnum Poor
Seorang dari pelopor utama yang mendahului Taylor, yang nyaris dilupakan dalam evolusi pemikiran manajemen, adalah Henry Varnum Poor, editor “American Railroad Journal” dalam akhir pertengahan abad ke 19. Dari jabatan yang diduduki nya di perusahaan kereta api tersebut, dia menciptakan konsep manajemen yang efektif.

3. FREDERICK TAYLOR DAN MANAJEMEN ILMIAH
Frederick Winslow Taylor berhenti dari kuliah nya dan mulai bekerja sebagai magang pembuat pola dan masinis pada tahun 1875, bergabung dengan Midvale Steel Works di Philadelphia.
Penemuan Taylor yang orisinil berupa alat-alat pemotong baja yang bekerja dengan kecepatan tinggi, dan penemuan-penemuan lain, serta pekerjaannya yang terdahulu sebagai konsultan Insinyur, membuat dia begitu kaya, dan dia pensiun di usia 45 tahun, dan sisa hidupnya digunakan untuk menjadi dosen dan mengembangkan ilmu manajemen ilmiah.
a. Perhatian Taylor yang Utama.
Yang menjadi perhatian Taylor yang utama dalam hampir seluruh hidupnya adaalah peningkatan efisiensi dalam produksi, tidak hanya untuk menurunkan biaya dan menaikkan laba tetapi juga untuk memungkinkan penambahan upah bagi para pekerja melalui produktivitas mereka yang lebih tinggi.
b. Prinsip-prinsip Taylor.
Prinsip-prinsip dasar yang menurut Taylor mendasari pendekatan ilmiah terhadap manajemen bisa diringkaskan sebagai berikut:
1. Menggantikan cara yang asal-asalan dengan ilmu (pengetahuan yang tersusun).
2. Mengusahakan keharmonisasian dalam gerakan kelompok, dan bukannya perpecahan.
3. Mencapai kerjasama manusia, dan bukannya individualisme yang kacau.
4. Bekerja untuk output yang maksimum, dan bukannya output yang terbatas.
5. Mengembangkan semua pekerja sampai taraf yang setinggi-tinggi nya untuk kesejahteraan maksimum mereka sendiri dan perusahaan mereka.

c. Pengikut-pengikut Taylor.
Di antara murid-murid langsung dari Taylor terdapat pionir-pionir yang sangat menonjol seperti Carl George Barth, henry L. Grantt, Frank dan Lillian Gilberth, dan Edward A. Filene, dan masih banyak lagi. Tentu saja banyak pionir lain yang membangun pemikiran dari penemuan Taylor, tetapi empat orang tersebut akan memberikan suatu ide dari pengaruh Taylor dan sifat pemikiran yang dikembangkan oleh murid-muridnya.


4. FAYOL: BAPAK TEORI MANAJEMEN OPERASIONAL MODERN.
Barangkali, bapak yang sebenarnya dari teori manajemen modern adalah Henry Fayol, seorang industriawan Prancis. Meskipun tidak banyak bukti yang menunjukkan bahwa ilmuwan inggris dan amerika merujuk ke Fayol, namum observasinya di bidang manajemen sudah ada sejak tahun 1916.
Fayol menemukan bahwa aktivitas sebuah perusahaan industri bisa dibagi ke dalam enam bagian:
1. Teknis (produksi).
2. Dagang (jual beli, pertukaran).
3. Keuangan (pencarian dan penggunaan optimum atas modal).
4. Keamanan (perlindungan bagi harta milik dan manusia).
5. Akuntansi (termasuk statistik).
6. Manajerial (perencanaan, organisasi, komando, koordinasi, dan pengendalian).

a. Kualitas dan Pelatihan Manajerial.
Fayol menganggap kualitas yang diperlukan para manajer adalah kualitas fisis (kesehatan, kegesitan, ketangkasan); kualitas mental (kesanggupan untuk mengerti dan belajar, pertimbangan, semangat mental, dan kesanggupan untuk menyesuaikan diri); kualitas moral (daya kerja, ketegasan, kemauan untuk menerima tanggung jawab, inisiatif, kesetiakawanan, kebijakan, wibawa); kualitas pendidikan (pengenalan umum terhadap ha-hal yang tidak secara eksklusif termasuk fungsi yang dilaksanakan); kualitas teknis (aspek-aspek khusus dari fungsi); dan kualitas pengalaman (timbul dari pekerjaan yang sebenarnya).



b. Prinsip-prinsip Umum Manajemen.
Fayol memberikan 14 prinsip yang didasarkan pada pengalamanya. Prinsip-prinsip itu dapat diringkas sebagai berikut:
1. Pembagian Kerja.
Inilah spesialisasi yang oleh para ahli ekonomi di anggap perlu bagi efisiensi dalam penggunaan tenaga kerja. Fayol menerapkan prinsip itu pada segala macam pekerjaan, baik yang bersifat manajerial maupun teknis.
2. Otoritas dan Tanggung Jawab.
Disini, Fayol menemukan bahwa otoritas dan tanggung jawab itu berhubungan, dimana yang kedua adalah wajar akibat dari yang pertama dan timbul daripadanya.
3. Disiplin.
Dengan melihat disiplin sebagai “penghargaan atas kesepakatan yang ditujukan untuk mendiang timbulnya ketaatan, ketekunan, energi, dan sikap menghargai lainnya”. Fayol mengatakan bahwa untuk menegakkan disiplin diputuskan yang paling baik pada segala tingkat.
4. Kesatuan Komando.
Ini berarti bahwa para pegawai harus menerima perintah dari seorang atasan saja.
5. Kesatuan Pengarahan.
Menurut prinsip ini, setiap kelompok aktivitas dengan tujuan yang sama harus mempunyai satu kepala dan satu rencana.
6. Menomorduakan Kepentingan Perorangan terhadap Kepentingan Umum.
Ini sudah cukup jelas, kalau kedua-duanya ternyata berbeda, manajemen harus mendamaikannya.
7. Gaji.
Gaji dan metode pembayaran harus adil dan memberikan kepuasan semaksimal mungkin kepada para karyawan dan majikan.


8. Sentralisasi.
Tanpa pemkaian istilah “sentralisasi otoritas”, Fayol menunjuk pada taraf di mana otoritas dipusatkan atau disebarkan.
9. Rantai Skalar.
Fayol menganggap “rantai skalar” sebagai peringkat pangkat mulai dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah.
10. Tata Tertib.
Dengan membagi kedua hal ini menjadi tata-tertib “material” dan tata-tertib “sosial”, fayol mengikuti “pepatah” sederhana yaitu “lakukanlah segala sesuatu pada tempatnya dan tempatkan dirimu sebagaimana layaknya’.
11. Keadilan.
Kesetiaan dan bakti akan diperoleh dari para karyawan bila diimbangi dengan keramah-tamahan dan keadilan dari pihak para manajer pada saat berhubungan dengan bawahan.
12. Stabilitas Masa Jabatan.
Karena berpendapat bahwa pergantian yang tidak perlu adalah sebab dari manajemen yang buruk, Fayol mengingatkan akan bahaya dan kerugiannya.
13. Inisiatif.
Inisiatif diartikan sebagai pemikiran dan peaksanaan sesuatu rencana. Karena perwujudan inisiatif adalah salah satu “kepuasan terhebat bagi seseorang yang cerdas”.
14. Semangat Korps.
Inilah prinsip “bersatu kita teguh bercerai kita runtuh” dan juga suatu perluasaan prinsip kesatuan komando, dengan menekankan perlunya kerjasama kelompok dan pentingnya komunikasi dalam pencapainnya.

5. TIMBULNYA ILMU-ILMU PERILAKU.
Praktis selama periode yang sama dimana Taylor, Fayol, dan lain-lain memusatkan diri pada manajemen ilmiah dan tugas-tugas manajer, banyak sarjana dan para praktisi memikirkan, mengadakan percobaan, dan menulis tentang psikologi industri dan tentang teori sosial.
a. Timbulnya Psikologi Industri
Untuk diakui sebagai “bapak psikologi industri”, Hugo Munsterberg telah belajar psikologi, dan meraih gelar Ph.D-nya dari Universitas Leipzig pada tahun 1885. Dia juga belajar ilmu kedokteran, memperoleh M.D. dari universitas Heidelberg tahun 1887. Pada usia 29, dalam tahun 1892, Munsterberg pergi ke Harvard atas undangan psikolog William James untuk memimpin laboratorium psikologi dan bertindak sebagai profesor psikologi eksperimental.

b. Pertumbuhan Manajemen Personalia.
Buku-buku scott, pasar tenaga kerja yang sulit selama perang dunia II, perlunya diadakan ujian psikologis bagi ribuan tentara yang dimobilisasi untuk perang, dan kesadaran bahwa memikirkan modal kemanusiaan hanyalah suatu usaha yang baik––gagasan yang telah dicamkan Robert Owen seabad sebelumnya––semuanya mendorong pertumbuhan manajemen peronalia.

c. Pengembangan Pendekatan Sosiologis terhadap Manajemen.
Perilaku individu sebagian akibat dari perilaku kelompok juga banyak dikaji dan diteliti dalam manajemen. Hal ini sudah mulai berlangsung sebelum dikembangkannya manajemen ilmiah oleh Taylor dan manajemen administrasi oleh Fayol, meskipun ketiganya boleh dikatakan berlangsung secara besamaan.

d. Penelitian Hawthorne.
Pada umumnya peningkatan produktivits disebabkan oleh faktor-faktor seperti moral, hubungan timbal balik yang memuaskan antara anggota kelompok kerja (perasaan termasuk anggota) dan manajemen yang efektif––suatu jenis pemanajemenan yang harus memahami perilaku manusia, khususnya perilaku kelompok, dan mempraktikannya melalui keterampilan antar perseorangan, seperti memotivasi, memberi penyuluhan, memimpin, dan berkomunikasi. Gejala ini, yang pada dasarnya timbul dari orang-orang yang sedang”diperhatikan,” telah dikenal sebagai “efek Hawthorne.”

6. CHESTER BARNARD DAN TEORI SISTEM.
Barangkali buku yang paling berpengaruh dalam keseluruhan bidang manajemen adalah risalah klasik yang berjudul The Functions of the Executive (Fungsi-fungsi Eksekutif), yang ditulis oleh Chester I. Barnard pada tahun 1938. Dia sendiri adalah seorang eksekutif seumur hidupnya dan sebagai presiden direktur dari New Jersey Bell Telephone Company dari tahun 1927 sampai 1948. Dia seorang sarjana dan cendekiawan kesohor yang sangat dipengaruhi oleh Pareto, Mayo, dan anggota-anggota staf dosen lainnya di Harvard, di mana dia kadang-kadang memberi kuliah. Analisanya mengenai sang manajer sungguh-sungguh merupakan suatu pendekatan sistem sosial karena, guna mengerti dan menganalisa fungsi-fungsi para eksekutif, Barnard memperhatikan tugas-tugas mereka yang utama dalam sistem di mana mereka beroperasi.

7. KRITIK TERHADAP KESALAHFAHAMAN DARI AHLI KLASIK.
Meskipun hanya sedikit dari pionir yang terkenal dalam pengembangan pemikiran manajemen telah dibicarakan di atas, pembaca akan heran mendengar berbagai kritik yang telah dilontarkan kepada “ahli klasik” dan “teori manajemen tradisional.” Kita berkali-kali membaca, terutama dalam tulisan para ilmuwan perilaku manusia, tetapi juga dalam dalam karya penulis modern lainnya, bahwa para ahli klasik menganggap manusia sebagai “instrumen yang tidak berdaya.” Orang juga membaca bahwa teori manajemen tradisional memandang manajemen sebagai “sistem tertutup.”

8. TIMBULNYA PEMIKIRAN MANAJEMEN MODERN.
Seperti dapat dilihat dari pembahasan sebelumnya, perkembangan pemikiran manajemen mempunyai sejarah yang panjang, meskipun sebagian besar tercakup pada abad kedua puluh. Beberapa untai pemikiran terdahulu berkisar pada gagasan untuk merangkaikan ilmu ke dalam seni pemanajeman; penelitian fungsi-fungsi manajerial; analisis percobaan-percobaan yang bertalian dengan aspek-aspek psikologis dari para pekerja dalam perusahaan yang terorganisi; penelitian perilaku kelompok; dan pengenalan konsep sistem sosial.


a. Kontribusi dari Pejabat Negara.
Bertepatan dengan adanya gerakan manajemen ilmiah dan dorongan yang ditimbulkannya, sejumlah cendekiawan berusaha meningkatkan efisiensi dalam pemerintahan melalui perbaikan praktek-praktek kepegawaian dan manajemen. Seorang tokoh yang menonjol dari gerakan ini adalah Woodrow Wilson, yang sudah sejak tahun 1885 dan kemudian pada kesempatan-kesempatan lainnya, menyerukan perlunya pemerintahan yang efisien.

b. Kontribusi dari Para Manajer Perusahaan.
Banyak dari kontribusi terpenting terhadap dasar-dasar teori manajemen telah diberikan oleh para eksekutif perusahaan termasuk Taylor, Fayol, dan Barnard. Salah seorang dari para penulis terdahulu ini adalah Russel Robb, yang pada tahun 1910, di Graduate School of Bussiness Administration di Harvard, memberikan kuliah berupa tiga kelompok ceramah khusus mengenai organisasi. Berkat pengalamannya dalam perusahaan, Robb memandang organisasi sebagai sarana pemanfaatan para pekerja dan bahan secara efisien, yang harus disesuaiakan dengan keadaan setiap perusahaan. Robb adalah salah seorang yang pertama kali memberi peringatan mengenai organisasi yang berlebihan (overorganitation).

c. Kontribusi dari Para Ahli Keperilakuan.
Dipacu oleh percobaan-percobaan Hawthorne dari tahun 1927 sampai 1932, dan perhatian yang mulai terbuka mengenai hubungan manusia pada tahun 1930-an dan 1940-an, banyak sekali ilmuwan perilaku mengadakan penelitian manajemen dalam tahun-tahun terakhir. Sebagaimana diketahui, percobaan-percobaan Hawthorne, yang dilakukan oleh Mayo dan Roethlisberger dari Harvard Bussiness School, mengungkapkan bahwa sikap terhadap pekerjaan mungkin lebih penting artinya bagi efisiensi dan poduktivitas dari pada faktor material seperti waktu istirahat, penerangan, dan bahkan uang.

Saturday, June 19, 2010

Resume Singkat Akuntansi Perbankan Syariah

1. Akuntansi Perbankan Syariah

Sebagai sebuah lembaga intermediasi keuangan, mekanisme dasar bank syariah adalah menerima deposito dari pemilik modal (depositor) pada sisi liability-nya (kewajiban) untuk kemudian menawarkan pembiayaan kepada investor pada sisi asetnya, dengan pola atau skema pembiayaan yang sesuai dengan syariat Islam. Pada sisi kewajiban, terdapat dua kategori utama, yaitu interest-free current and saving accounts dan investment accounts yang berdasarkan pada prinsip PLS (Profit and Loss Sharing) antara pihak bank dengan pihak depositor. Sedangkan pada sisi aset, yang termasuk didalamnya adalah segala bentuk pola pembiayaan yang bebas riba dan sesuai standar syariah, seperti mudarabah, musyarakah, istishna, salam, dan lain-lain.

1.1 Akuntansi Piutang

Piutang adalah tagihan yang timbul dari pembiayaan Murabahah, Istishna dan Ijarah. Berikut penjelasan dari masing-masing:
Piutang murabahah dinyatakan sebesar jumlah piutang setelah dikurangi dengan “marjin yang ditangguhkan” yang dapat direalisasikan. Piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yakni saldo piutang dikurangi penyisihan kerugian. Dalam transaksi murabahah, Bank bertindak sebagai penyedia dana.
Piutang istishna disajikan sebesar tagihan kepada pembeli akhir dikurangi penyisihan kerugian. Dalam transaksi istishna, Bank bertindak sebagai penyedia dana.
Piutang pendapatan ijarah diakui pada saat jatuh tempo sebesar sewa yang belum diterima dan disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan yakni saldo piutang dikurangi penyisihan kerugian. Bank menetapkan penyisihan kerugian sesuai dengan kualitas piutang berdasarkan penelaahan atas masing-masing saldo piutang.

1.2 Akuntansi Pembiyaan

Pembiayaan mudharabah dinyatakan sebesar saldo pembiayaan dikurangi dengan saldo penyisihan kerugian. Bank menetapkan penyisihan kerugian sesuai dengan kualitas pembiayaan berdasarkan penelaahan atas masing-masing saldo pembiayaan. Apabila sebagian pembiayaan mudharabah hilang sebelum dimulainya usaha karena adanya kerusakan atau sebab lainnya tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana,maka rugi tersebut mengurangi saldo pembiayaan mudharabah dan diakui sebagai kerugian bank. Apabila sebagian pembiayaan mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana maka rugi tersebut diperhitungkan pada saat bagi hasil.

1.3 Akintansi Dana Syirkah

Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima oleh entitas syariah dimana entitas syariah mempunyai hak untuk mengelola dan menginvestasikan dana, baik sesuai dengan kebijakan entitas syariah atau kebijakan pembatasan dari pemilik dana, dengan keuntungan dibagikan sesuai dengan kesepakatan; sedangkan dalam hal dana syirkah temporer berkurang disebabkan kerugian normal yang bukan akibat dari unsur kesalahan yang disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan, entitas syariah tidak berkewajiban mengembalikan atau menutup kerugian atau kekurangan dana tersebut.
Contoh dari dana syirkah temporer adalah penerimaan dana dari investasi mudharabah muthlaqah, mudharabah muqayyadah, mudharabah musytarakah, dan akun lain yang sejenis.
1. Mudharabah mutlaqah adalah mudharabah dimana pemilik dana (shahibul maal) memberikan kebebasan kepada pengelola dana (mudharib/Bank) dalam pengelolaan investasinya.
2. Mudharabah muqayyadah adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan batasan kepada pengelola dana, antara lain mengenai tempat, cara dan atau obyek investasi.
3. Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah dimana pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam kerja sama investasi

Dana syirkah temporer tidak dapat digolongkan sebagai kewajiban. Hal ini karena entitas syariah tidak berkewajiban, ketika mengalami kerugian, untuk mengembalikan jumlah dana awal dari pemilik dana kecuali akibat kelalaian atau wanprestasi entitas syariah.
Disisi lain dana syirkah temporer tidak dapat digolongkan sebagai ekuitas karena mempunyai waktu jatuh tempo dan pemilik dana tidak mempunyai hak kepemilikan yang sama dengan pemegang saham seperti hak voting dan hak atas realisasi keuntungan yang berasal dari aset lancar dan aset non investasi (current and other non investment accounts).
Hubungan antara entitas syariah dan pemilik dana syirkah temporer merupakan hubungan kemitraan berdasarkan akad mudharabah muthlaqah, mudharabah muqayyadah atau musytarakah. Entitas syariah mempunyai hak untuk mengelola dan menginvestasikan dana yang diterima dengan atau tanpa batasan seperti mengenai tempat, cara atau obyek investasi.
Dana syirkah temporer merupakan salah satu unsur neraca dimana hal tersebut sesuai dengan prinsip syariah yang memberikan hak kepada entitas syariah untuk mengelola dan menginvestasikan dana, termasuk untuk mencampur dana dimaksud dengan dana lainnya. Pemilik dana syirkah temporer memperoleh bagian atas keuntungan sesuai kesepakatan dan menerima kerugian berdasarkan jumlah dana dari masing-masing pihak. Pembagian hasil dana syirkah temporer dapat dengan konsep bagi hasil atau bagi untung.