wellcome!!!!!!

click

Thursday, June 24, 2010

Evolusi Pemikiran Manajemen

1. KONTRIBUSI KEPADA MANAJEMEN PADA MASA LALU
Banyak catatan dan ide yang berhubungan dengan manajemen sudah ada sejak zaman kuno. Di antaranya, ada catatan orang mesir, orang yunani, pengalaman dan praktek administrative gereja katolik, organisasi militer, dan para kameralis abad ke 16 sampai ke 18.
a. Manajemen Pada Zaman Kuno
Interpretasi terhadap tulisan peninggalan Mesir kuno, yang sudah ada sejak tahun 1300 sebelum Masehi, menunjukkan pengakuan betapa pentingnya organisasi dan administrasi dalam Negara-negara birokratis di zaman kuno.
Meskipun catatan peninggalan Yunani tidak memberi banyak pengertian tentang prinsip-prinsip manajemen yang digunakan, namun dengan adanya persemakmuran di Athena, yang disertai dengan dewan-dewannya, pengadilan rakyat, pejabat administrasi, dan dewan jendral, kita bias melihat adanya penghargaan kepada fungsi manajerial.
Catatan tentang manajemen dari Romawi purba tidak lengkap, meskipun jelas diketahui bahwa kompleksnya pkerjaan administrasi menghasilkan perkembangan yang luar biasa dalam tekhnik manajerial.
b. Gereja Roma Katolik.
Jika kita menilai berdasarkan usia, maka organisasi formal yang paling efektif dalam sejarah peradaban Barat adalah Gereja Roma Katolik. Usia organisasinya yang panjang itu tidak hanya disebabkan oleh daya tarik tujuannya, tetapi juga karena keefektifan teknik organisasi dan manajemennya.


c. Organisasi Kemiliteran.
Seperti dapat diperkirakan, sejumlah prinsip dan praktek yang lebih penting dalam bidang manajemen perusahaan modern dapat ditemukan dalam organisasi-organisasi militer. Kecuali gereja, tidak ada bentuk organisasi lainnya dalam sejarah peradaban Barat yang dipaksakan, oleh masalah-masalah dalam pemanajemenan kelompok besar, untuk mengembangkan prinsip-prinsip organisasi. Namun, walaupun ada kebutuhan, organisasi-organisasi militer gagal menerapkan banyak teori sebelum dua abad yang lalu.
d. Para Kameralis
Para kameralis adalah sekelompok cendekiawan dan administrator Negara berkebangsaan jerman dan Austria. Pada umumnya, dari abad ke 16 sampai ke 18, mereka menganut ajaran yang sama dengan kaum merkantilis Inggris dan aliran-aliran fisiokratis Prancis dalam bidang ekonomi politik.

2. PELOPOR-PELOPOR YANG MENDAHULUI TAYLOR DAN MANAJEMEN ILMIAH.
Meskipun Frederick Taylor, yang mengembangkan pemikirannya pada awal abad kedua puluh, biasanya disebut “bapak manajemen ilmiah”, namun banyak orang sebelum taylor member kontribusi yang berarti kepada pemikiran manajemen, berikut beberapa diantaranya:
a. James Watt Jr., dan Mathew Robinson Boulton.
Barangkali Watt dan Boultonlah yang paling dini memakai pendekatan ilmiah pada manajemen. Mereka adalah putra dari para pionir yang menemukan dan mengembangkan mesin uap. Selama dekade berikutnya, Watt dan Boulton mengembangkan sejumlah sistem manajemen yang merupakan kejutan bagi para sarjana, bahkan sampai sekarang.


b. Robert Owen.
Seorang industriawan yang paling berhasil dari permulaan abad ke sembilan belas adalah Robert Owen. Dialah salah seorang pionir manajemen yang terkemuka. Selama periode 1800 sampai 1828, Owen melakukan apa yang pada saat itu dianggap sebagai suatu percobaan yang belum pernah terjadi sebelumnya, pada kelompok pabrikan tekstil yang dikelolanya di Skotlandia. Itulah sebabnya dia disebut sebagai “bapak manajemen personalia modern”.
c. Charles Babbage
Babbage bukanlah seorang industriawan atau manajer, melainkan seorang profesor dan ilmuwan. Dia seorang ahli matematika Inggris terkemuka yang bekerja sebagai profesor matematika di Universitas Cambridge dari tahun 1828 sampai 1839. Pekerjaan keilmuannya sebelum dan sesudah kedudukan tetapnya sebagai profesor mencurahkan perhatian yang terus-menerus kepada toko-toko dan pabrik-pabrik baik di Inggris Raya maupun di benua Eropa.
d. Henry Varnum Poor
Seorang dari pelopor utama yang mendahului Taylor, yang nyaris dilupakan dalam evolusi pemikiran manajemen, adalah Henry Varnum Poor, editor “American Railroad Journal” dalam akhir pertengahan abad ke 19. Dari jabatan yang diduduki nya di perusahaan kereta api tersebut, dia menciptakan konsep manajemen yang efektif.

3. FREDERICK TAYLOR DAN MANAJEMEN ILMIAH
Frederick Winslow Taylor berhenti dari kuliah nya dan mulai bekerja sebagai magang pembuat pola dan masinis pada tahun 1875, bergabung dengan Midvale Steel Works di Philadelphia.
Penemuan Taylor yang orisinil berupa alat-alat pemotong baja yang bekerja dengan kecepatan tinggi, dan penemuan-penemuan lain, serta pekerjaannya yang terdahulu sebagai konsultan Insinyur, membuat dia begitu kaya, dan dia pensiun di usia 45 tahun, dan sisa hidupnya digunakan untuk menjadi dosen dan mengembangkan ilmu manajemen ilmiah.
a. Perhatian Taylor yang Utama.
Yang menjadi perhatian Taylor yang utama dalam hampir seluruh hidupnya adaalah peningkatan efisiensi dalam produksi, tidak hanya untuk menurunkan biaya dan menaikkan laba tetapi juga untuk memungkinkan penambahan upah bagi para pekerja melalui produktivitas mereka yang lebih tinggi.
b. Prinsip-prinsip Taylor.
Prinsip-prinsip dasar yang menurut Taylor mendasari pendekatan ilmiah terhadap manajemen bisa diringkaskan sebagai berikut:
1. Menggantikan cara yang asal-asalan dengan ilmu (pengetahuan yang tersusun).
2. Mengusahakan keharmonisasian dalam gerakan kelompok, dan bukannya perpecahan.
3. Mencapai kerjasama manusia, dan bukannya individualisme yang kacau.
4. Bekerja untuk output yang maksimum, dan bukannya output yang terbatas.
5. Mengembangkan semua pekerja sampai taraf yang setinggi-tinggi nya untuk kesejahteraan maksimum mereka sendiri dan perusahaan mereka.

c. Pengikut-pengikut Taylor.
Di antara murid-murid langsung dari Taylor terdapat pionir-pionir yang sangat menonjol seperti Carl George Barth, henry L. Grantt, Frank dan Lillian Gilberth, dan Edward A. Filene, dan masih banyak lagi. Tentu saja banyak pionir lain yang membangun pemikiran dari penemuan Taylor, tetapi empat orang tersebut akan memberikan suatu ide dari pengaruh Taylor dan sifat pemikiran yang dikembangkan oleh murid-muridnya.


4. FAYOL: BAPAK TEORI MANAJEMEN OPERASIONAL MODERN.
Barangkali, bapak yang sebenarnya dari teori manajemen modern adalah Henry Fayol, seorang industriawan Prancis. Meskipun tidak banyak bukti yang menunjukkan bahwa ilmuwan inggris dan amerika merujuk ke Fayol, namum observasinya di bidang manajemen sudah ada sejak tahun 1916.
Fayol menemukan bahwa aktivitas sebuah perusahaan industri bisa dibagi ke dalam enam bagian:
1. Teknis (produksi).
2. Dagang (jual beli, pertukaran).
3. Keuangan (pencarian dan penggunaan optimum atas modal).
4. Keamanan (perlindungan bagi harta milik dan manusia).
5. Akuntansi (termasuk statistik).
6. Manajerial (perencanaan, organisasi, komando, koordinasi, dan pengendalian).

a. Kualitas dan Pelatihan Manajerial.
Fayol menganggap kualitas yang diperlukan para manajer adalah kualitas fisis (kesehatan, kegesitan, ketangkasan); kualitas mental (kesanggupan untuk mengerti dan belajar, pertimbangan, semangat mental, dan kesanggupan untuk menyesuaikan diri); kualitas moral (daya kerja, ketegasan, kemauan untuk menerima tanggung jawab, inisiatif, kesetiakawanan, kebijakan, wibawa); kualitas pendidikan (pengenalan umum terhadap ha-hal yang tidak secara eksklusif termasuk fungsi yang dilaksanakan); kualitas teknis (aspek-aspek khusus dari fungsi); dan kualitas pengalaman (timbul dari pekerjaan yang sebenarnya).



b. Prinsip-prinsip Umum Manajemen.
Fayol memberikan 14 prinsip yang didasarkan pada pengalamanya. Prinsip-prinsip itu dapat diringkas sebagai berikut:
1. Pembagian Kerja.
Inilah spesialisasi yang oleh para ahli ekonomi di anggap perlu bagi efisiensi dalam penggunaan tenaga kerja. Fayol menerapkan prinsip itu pada segala macam pekerjaan, baik yang bersifat manajerial maupun teknis.
2. Otoritas dan Tanggung Jawab.
Disini, Fayol menemukan bahwa otoritas dan tanggung jawab itu berhubungan, dimana yang kedua adalah wajar akibat dari yang pertama dan timbul daripadanya.
3. Disiplin.
Dengan melihat disiplin sebagai “penghargaan atas kesepakatan yang ditujukan untuk mendiang timbulnya ketaatan, ketekunan, energi, dan sikap menghargai lainnya”. Fayol mengatakan bahwa untuk menegakkan disiplin diputuskan yang paling baik pada segala tingkat.
4. Kesatuan Komando.
Ini berarti bahwa para pegawai harus menerima perintah dari seorang atasan saja.
5. Kesatuan Pengarahan.
Menurut prinsip ini, setiap kelompok aktivitas dengan tujuan yang sama harus mempunyai satu kepala dan satu rencana.
6. Menomorduakan Kepentingan Perorangan terhadap Kepentingan Umum.
Ini sudah cukup jelas, kalau kedua-duanya ternyata berbeda, manajemen harus mendamaikannya.
7. Gaji.
Gaji dan metode pembayaran harus adil dan memberikan kepuasan semaksimal mungkin kepada para karyawan dan majikan.


8. Sentralisasi.
Tanpa pemkaian istilah “sentralisasi otoritas”, Fayol menunjuk pada taraf di mana otoritas dipusatkan atau disebarkan.
9. Rantai Skalar.
Fayol menganggap “rantai skalar” sebagai peringkat pangkat mulai dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah.
10. Tata Tertib.
Dengan membagi kedua hal ini menjadi tata-tertib “material” dan tata-tertib “sosial”, fayol mengikuti “pepatah” sederhana yaitu “lakukanlah segala sesuatu pada tempatnya dan tempatkan dirimu sebagaimana layaknya’.
11. Keadilan.
Kesetiaan dan bakti akan diperoleh dari para karyawan bila diimbangi dengan keramah-tamahan dan keadilan dari pihak para manajer pada saat berhubungan dengan bawahan.
12. Stabilitas Masa Jabatan.
Karena berpendapat bahwa pergantian yang tidak perlu adalah sebab dari manajemen yang buruk, Fayol mengingatkan akan bahaya dan kerugiannya.
13. Inisiatif.
Inisiatif diartikan sebagai pemikiran dan peaksanaan sesuatu rencana. Karena perwujudan inisiatif adalah salah satu “kepuasan terhebat bagi seseorang yang cerdas”.
14. Semangat Korps.
Inilah prinsip “bersatu kita teguh bercerai kita runtuh” dan juga suatu perluasaan prinsip kesatuan komando, dengan menekankan perlunya kerjasama kelompok dan pentingnya komunikasi dalam pencapainnya.

5. TIMBULNYA ILMU-ILMU PERILAKU.
Praktis selama periode yang sama dimana Taylor, Fayol, dan lain-lain memusatkan diri pada manajemen ilmiah dan tugas-tugas manajer, banyak sarjana dan para praktisi memikirkan, mengadakan percobaan, dan menulis tentang psikologi industri dan tentang teori sosial.
a. Timbulnya Psikologi Industri
Untuk diakui sebagai “bapak psikologi industri”, Hugo Munsterberg telah belajar psikologi, dan meraih gelar Ph.D-nya dari Universitas Leipzig pada tahun 1885. Dia juga belajar ilmu kedokteran, memperoleh M.D. dari universitas Heidelberg tahun 1887. Pada usia 29, dalam tahun 1892, Munsterberg pergi ke Harvard atas undangan psikolog William James untuk memimpin laboratorium psikologi dan bertindak sebagai profesor psikologi eksperimental.

b. Pertumbuhan Manajemen Personalia.
Buku-buku scott, pasar tenaga kerja yang sulit selama perang dunia II, perlunya diadakan ujian psikologis bagi ribuan tentara yang dimobilisasi untuk perang, dan kesadaran bahwa memikirkan modal kemanusiaan hanyalah suatu usaha yang baik––gagasan yang telah dicamkan Robert Owen seabad sebelumnya––semuanya mendorong pertumbuhan manajemen peronalia.

c. Pengembangan Pendekatan Sosiologis terhadap Manajemen.
Perilaku individu sebagian akibat dari perilaku kelompok juga banyak dikaji dan diteliti dalam manajemen. Hal ini sudah mulai berlangsung sebelum dikembangkannya manajemen ilmiah oleh Taylor dan manajemen administrasi oleh Fayol, meskipun ketiganya boleh dikatakan berlangsung secara besamaan.

d. Penelitian Hawthorne.
Pada umumnya peningkatan produktivits disebabkan oleh faktor-faktor seperti moral, hubungan timbal balik yang memuaskan antara anggota kelompok kerja (perasaan termasuk anggota) dan manajemen yang efektif––suatu jenis pemanajemenan yang harus memahami perilaku manusia, khususnya perilaku kelompok, dan mempraktikannya melalui keterampilan antar perseorangan, seperti memotivasi, memberi penyuluhan, memimpin, dan berkomunikasi. Gejala ini, yang pada dasarnya timbul dari orang-orang yang sedang”diperhatikan,” telah dikenal sebagai “efek Hawthorne.”

6. CHESTER BARNARD DAN TEORI SISTEM.
Barangkali buku yang paling berpengaruh dalam keseluruhan bidang manajemen adalah risalah klasik yang berjudul The Functions of the Executive (Fungsi-fungsi Eksekutif), yang ditulis oleh Chester I. Barnard pada tahun 1938. Dia sendiri adalah seorang eksekutif seumur hidupnya dan sebagai presiden direktur dari New Jersey Bell Telephone Company dari tahun 1927 sampai 1948. Dia seorang sarjana dan cendekiawan kesohor yang sangat dipengaruhi oleh Pareto, Mayo, dan anggota-anggota staf dosen lainnya di Harvard, di mana dia kadang-kadang memberi kuliah. Analisanya mengenai sang manajer sungguh-sungguh merupakan suatu pendekatan sistem sosial karena, guna mengerti dan menganalisa fungsi-fungsi para eksekutif, Barnard memperhatikan tugas-tugas mereka yang utama dalam sistem di mana mereka beroperasi.

7. KRITIK TERHADAP KESALAHFAHAMAN DARI AHLI KLASIK.
Meskipun hanya sedikit dari pionir yang terkenal dalam pengembangan pemikiran manajemen telah dibicarakan di atas, pembaca akan heran mendengar berbagai kritik yang telah dilontarkan kepada “ahli klasik” dan “teori manajemen tradisional.” Kita berkali-kali membaca, terutama dalam tulisan para ilmuwan perilaku manusia, tetapi juga dalam dalam karya penulis modern lainnya, bahwa para ahli klasik menganggap manusia sebagai “instrumen yang tidak berdaya.” Orang juga membaca bahwa teori manajemen tradisional memandang manajemen sebagai “sistem tertutup.”

8. TIMBULNYA PEMIKIRAN MANAJEMEN MODERN.
Seperti dapat dilihat dari pembahasan sebelumnya, perkembangan pemikiran manajemen mempunyai sejarah yang panjang, meskipun sebagian besar tercakup pada abad kedua puluh. Beberapa untai pemikiran terdahulu berkisar pada gagasan untuk merangkaikan ilmu ke dalam seni pemanajeman; penelitian fungsi-fungsi manajerial; analisis percobaan-percobaan yang bertalian dengan aspek-aspek psikologis dari para pekerja dalam perusahaan yang terorganisi; penelitian perilaku kelompok; dan pengenalan konsep sistem sosial.


a. Kontribusi dari Pejabat Negara.
Bertepatan dengan adanya gerakan manajemen ilmiah dan dorongan yang ditimbulkannya, sejumlah cendekiawan berusaha meningkatkan efisiensi dalam pemerintahan melalui perbaikan praktek-praktek kepegawaian dan manajemen. Seorang tokoh yang menonjol dari gerakan ini adalah Woodrow Wilson, yang sudah sejak tahun 1885 dan kemudian pada kesempatan-kesempatan lainnya, menyerukan perlunya pemerintahan yang efisien.

b. Kontribusi dari Para Manajer Perusahaan.
Banyak dari kontribusi terpenting terhadap dasar-dasar teori manajemen telah diberikan oleh para eksekutif perusahaan termasuk Taylor, Fayol, dan Barnard. Salah seorang dari para penulis terdahulu ini adalah Russel Robb, yang pada tahun 1910, di Graduate School of Bussiness Administration di Harvard, memberikan kuliah berupa tiga kelompok ceramah khusus mengenai organisasi. Berkat pengalamannya dalam perusahaan, Robb memandang organisasi sebagai sarana pemanfaatan para pekerja dan bahan secara efisien, yang harus disesuaiakan dengan keadaan setiap perusahaan. Robb adalah salah seorang yang pertama kali memberi peringatan mengenai organisasi yang berlebihan (overorganitation).

c. Kontribusi dari Para Ahli Keperilakuan.
Dipacu oleh percobaan-percobaan Hawthorne dari tahun 1927 sampai 1932, dan perhatian yang mulai terbuka mengenai hubungan manusia pada tahun 1930-an dan 1940-an, banyak sekali ilmuwan perilaku mengadakan penelitian manajemen dalam tahun-tahun terakhir. Sebagaimana diketahui, percobaan-percobaan Hawthorne, yang dilakukan oleh Mayo dan Roethlisberger dari Harvard Bussiness School, mengungkapkan bahwa sikap terhadap pekerjaan mungkin lebih penting artinya bagi efisiensi dan poduktivitas dari pada faktor material seperti waktu istirahat, penerangan, dan bahkan uang.

Saturday, June 19, 2010

Resume Singkat Akuntansi Perbankan Syariah

1. Akuntansi Perbankan Syariah

Sebagai sebuah lembaga intermediasi keuangan, mekanisme dasar bank syariah adalah menerima deposito dari pemilik modal (depositor) pada sisi liability-nya (kewajiban) untuk kemudian menawarkan pembiayaan kepada investor pada sisi asetnya, dengan pola atau skema pembiayaan yang sesuai dengan syariat Islam. Pada sisi kewajiban, terdapat dua kategori utama, yaitu interest-free current and saving accounts dan investment accounts yang berdasarkan pada prinsip PLS (Profit and Loss Sharing) antara pihak bank dengan pihak depositor. Sedangkan pada sisi aset, yang termasuk didalamnya adalah segala bentuk pola pembiayaan yang bebas riba dan sesuai standar syariah, seperti mudarabah, musyarakah, istishna, salam, dan lain-lain.

1.1 Akuntansi Piutang

Piutang adalah tagihan yang timbul dari pembiayaan Murabahah, Istishna dan Ijarah. Berikut penjelasan dari masing-masing:
Piutang murabahah dinyatakan sebesar jumlah piutang setelah dikurangi dengan “marjin yang ditangguhkan” yang dapat direalisasikan. Piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yakni saldo piutang dikurangi penyisihan kerugian. Dalam transaksi murabahah, Bank bertindak sebagai penyedia dana.
Piutang istishna disajikan sebesar tagihan kepada pembeli akhir dikurangi penyisihan kerugian. Dalam transaksi istishna, Bank bertindak sebagai penyedia dana.
Piutang pendapatan ijarah diakui pada saat jatuh tempo sebesar sewa yang belum diterima dan disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan yakni saldo piutang dikurangi penyisihan kerugian. Bank menetapkan penyisihan kerugian sesuai dengan kualitas piutang berdasarkan penelaahan atas masing-masing saldo piutang.

1.2 Akuntansi Pembiyaan

Pembiayaan mudharabah dinyatakan sebesar saldo pembiayaan dikurangi dengan saldo penyisihan kerugian. Bank menetapkan penyisihan kerugian sesuai dengan kualitas pembiayaan berdasarkan penelaahan atas masing-masing saldo pembiayaan. Apabila sebagian pembiayaan mudharabah hilang sebelum dimulainya usaha karena adanya kerusakan atau sebab lainnya tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana,maka rugi tersebut mengurangi saldo pembiayaan mudharabah dan diakui sebagai kerugian bank. Apabila sebagian pembiayaan mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana maka rugi tersebut diperhitungkan pada saat bagi hasil.

1.3 Akintansi Dana Syirkah

Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima oleh entitas syariah dimana entitas syariah mempunyai hak untuk mengelola dan menginvestasikan dana, baik sesuai dengan kebijakan entitas syariah atau kebijakan pembatasan dari pemilik dana, dengan keuntungan dibagikan sesuai dengan kesepakatan; sedangkan dalam hal dana syirkah temporer berkurang disebabkan kerugian normal yang bukan akibat dari unsur kesalahan yang disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan, entitas syariah tidak berkewajiban mengembalikan atau menutup kerugian atau kekurangan dana tersebut.
Contoh dari dana syirkah temporer adalah penerimaan dana dari investasi mudharabah muthlaqah, mudharabah muqayyadah, mudharabah musytarakah, dan akun lain yang sejenis.
1. Mudharabah mutlaqah adalah mudharabah dimana pemilik dana (shahibul maal) memberikan kebebasan kepada pengelola dana (mudharib/Bank) dalam pengelolaan investasinya.
2. Mudharabah muqayyadah adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan batasan kepada pengelola dana, antara lain mengenai tempat, cara dan atau obyek investasi.
3. Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah dimana pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam kerja sama investasi

Dana syirkah temporer tidak dapat digolongkan sebagai kewajiban. Hal ini karena entitas syariah tidak berkewajiban, ketika mengalami kerugian, untuk mengembalikan jumlah dana awal dari pemilik dana kecuali akibat kelalaian atau wanprestasi entitas syariah.
Disisi lain dana syirkah temporer tidak dapat digolongkan sebagai ekuitas karena mempunyai waktu jatuh tempo dan pemilik dana tidak mempunyai hak kepemilikan yang sama dengan pemegang saham seperti hak voting dan hak atas realisasi keuntungan yang berasal dari aset lancar dan aset non investasi (current and other non investment accounts).
Hubungan antara entitas syariah dan pemilik dana syirkah temporer merupakan hubungan kemitraan berdasarkan akad mudharabah muthlaqah, mudharabah muqayyadah atau musytarakah. Entitas syariah mempunyai hak untuk mengelola dan menginvestasikan dana yang diterima dengan atau tanpa batasan seperti mengenai tempat, cara atau obyek investasi.
Dana syirkah temporer merupakan salah satu unsur neraca dimana hal tersebut sesuai dengan prinsip syariah yang memberikan hak kepada entitas syariah untuk mengelola dan menginvestasikan dana, termasuk untuk mencampur dana dimaksud dengan dana lainnya. Pemilik dana syirkah temporer memperoleh bagian atas keuntungan sesuai kesepakatan dan menerima kerugian berdasarkan jumlah dana dari masing-masing pihak. Pembagian hasil dana syirkah temporer dapat dengan konsep bagi hasil atau bagi untung.

Tuesday, June 9, 2009

Akuntansi Konvensional

KONSEP DASAR

Tujuan Akuntansi


Seiring dengan laju pertumbuhan perusahaan, informasi akuntansi telah menjadi sesuatu yang amat penting. Salah satu penyebab nya adalah, di perusahaan besar, peranan antara pemilik perusahaan dan manajer perusahaan tidak lagi di pegang oleh orang yang sama. Ketidak hadiran pemilik perusahaan dalam setiap kegiatan operasi perusahaan, membuat sang pemilik tidak mengetahui keadaan perusahaan secara langsung, oleh karena itu diperlukan informasi akuntansi yang akurat agar pemilik perusahaan bisa tetap mengetahui kondisi terakhir dari perusahaan. Perusahaan-perusahaan besar bahkan mengeluarkan pernyataan bahwa perusahaan itu berdiri sendiri, terpisah dari pemilik, kreditur, dan pihak-pihak terkait lainnya. Walaupun pemilik dan kreditur yang menyuntikkan dana untuk kegiatan operasi perusahaan tersebut, pemilik dan kreditur tetap dianggap sebagai “orang luar” dan tidak boleh sembarangan melihat catatan-catatan keuangan penting perusahaan.

Penerimaan

Di dalam pandangan secara tradisional, perusahaan, tentu saja, tidak bisa langsung bertindak tanpa keputusan manajemen. Pencatatan penerimaan adalah laporan keuangan yang paling penting, karena di situlah hasil operasi perusahaan di catat. Dan dari laporan itu juga manajemen dapat mengambil informasi untuk membuat keputusan bagi perusahaan.


Penggabungan Biaya

Cara penghitungan biaya sempat menjadi perdebatan para ahli ekonomi, terutama cara menghitung biaya dari produk hasil produksi perusahaan manufaktur. Para akuntan tradisional, menganggap bahwa biaya historis masih dapat dipakai dan dicatat nilai nya walaupun biaya pengganti sudah meningkat nilai nya. Untuk membantah teori ini, dan untuk merasionalkan apa yang sudah di atur selama ini di dalam akuntansi, maka di cetuskanlah teori “penggabungan biaya”.

Arus Biaya

Akuntan harus selalu mengikuti arus biaya perusahaan. Ketika perusahaan melakukan pembelian produk atau jasa, tugas akuntan adalah melacak pergerakan biaya, apakah sesuai dengan barang dan jasa yang diterima perusahaan tersebut. Alokasi biaya adalah inti dari akuntansi konvensional.


PERTAHANAN BIAYA ISTORIS

Penggunaan biaya historis di dalam akuntansi konvensional telah banyak mendapat kritikan. Para pengguna biaya historis, menggunakan argumentasi sebagai berikut untuk mempertahankan posisi mereka:
1. Biaya historis dinilai relevan untuk digunakan sebagai acuan di dalam pengambilan keputusan ekonomi. Ketika manajer akan mengambil keputusan untuk masa yang akan datang, mereka memerlukan data dari transaksi-transaksi yang sudah terjadi.
2. Biaya historis dicatat berdasarkan transaksi yang sudah terjadi, bukan transaksi yang mungkin akan terjadi.
3. Menurut sejarah, pernyataan keuangan yang didasarkan pada biaya historis, lebih banyak dipakai karena lebih banyak keuntungan nya.
4. Konsep yang yang paling mudah dimengerti dari perhitungan keuntungan adalah selisih dari harga jual terhadap biaya historis.
5. Akuntan harus menjaga data mereka terhadap modifikasi internal. Karena pencatatan berdasar biaya historis memungkinkan untuk mengetahui jika terjadi manipulasi-manipulasi data.


Pembuktian dari Kegunaan Data Akuntansi

Apakah data yang dihasilkan dari sistem akuntansi konvensional berguna? Banyak pendekatan berbeda yang dapat dipakai untuk menjelaskan pertanyaan tersebut, berikut pendekatan-pendekatan yang dimaksud:

Pendekatan pertama;
Langkah awal adalah fokus pada pernyataan keuangan dan melihat apakah cukup informasi yang di tunjukkan oleh pernyataan keuangan tersebut.

Pendekatan Kedua;
Langkah selanjutnya dalam mencari tahu jawaban dari pertanyaan mengenai kegunaan data akuntansi adalah melihat apakah data akuntansi ini banyak digunakan oleh orang untuk melakukan pengambilan keputusan.

Pendekatan Ketiga;
Langkah terakhir dalam upaya mencari tahu mengenai kegunaan data akuntansi adalah melihat korelasi antara stock price dengan data akuntansi. Jika item yang diberikan dapat mempengaruhi kepercayaan investor mengenai nilai keamanan, maka dependen statistik nya cocok antara item yang diberikan dan stock price nya.
Pembuktian dari Prakiraan Nilai

Banyak studi yang telah diciptakan untuk melakukan perkiraan nilai ini. Tetapi hanya beberapa contoh yang disebutkan berikut ini:

1. Pendapatan sebelumnya digunakan untuk memperkirakan jumlah pendapatan di masa yang akan datang.
2. Data 3 bulanan digunakan untuk memperkirakan penerimaan tahunan.
3. Segmen data digunakan untuk memperkirakan pendapatan entitas
4. Rasio keuangan digunakan untuk memperkirakan kesulitan keuangan.


KRITIKAN-KRITIKAN TERHADAP
AKUNTANSI KONVENSIONAL


Tujuan Akuntansi

Di dalam akuntansi konvensional, tujuan akuntansi adalah memberikan informasi kepada para investor untuk melakukan pengambilan keputusan berdasarkan laporan-laporan akuntansi. Walaupun hal itu memang penting, tetapi hal itu merupakan tujuan yang amat sempit dan terbatas. Di dalam sejarah akuntansi, disebutkan bahwa tujuam utama dari informasi akutansi adalah untuk memenuhi kebutuhan pengguna. Para investor, lebih sering menginginkan untuk mengetahui bagaimana cara meningkatkan nilai investasi mereka dari pada mengetahui posisi perusahaan.




Informasi Untuk Pengambilan Keputusan

Pernyataan di dalam biaya historis menyatakan bahwa manajemen membutuhkan data biaya historis untuk mengevaluasi keputusan masa lalu yang mereka buat untuk lebih disempurnakan pada keputusan masa yang akan datang. Hal ini tidak sesuai karena manajemen jadi tidak memperkirakan pergerakan harga dari masa lalu dan masa sekarang. Biaya historis tidak dapat digunakan untuk hal ini, akan tetapi penting untuk meng evaluasi keputusan bisnis.

Ringkasan SPM (Controllership)

BAB I
Pendahuluan
Pendekatan terkini dari sistem pengendalian manajemen merujuk dari hasil kajian oleh Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO) dalam bentuk Integrated Framework pada tahun 1992 berupa 5 (lima) komponen dari sistem pengendalian manajemen, yang meliputi: Lingkungan Pengendalian (Control Environment), Penilaian Risiko Manajemen (Management Risk Assessment), Sistem Informasi dan Komunikasi (Information and Communication System), Aktivitas Pengendalian (Control Activities), dan Monitoring. Kelima komponen sistem pengendalian manajemen di atas dikategorikan sebagai standar sistem pengendalian manajemen oleh General Accounting Office (GAO) sebagaimana yang tertuang pada publikasinya pada bulan November 1999 dengan judul Standards for Internal Control in the Federal Government. Standar sistem pengendalian manajemen menggariskan tingkat kualitas minimum yang dapat diterima bagi suatu sistem pengendalian manajemen di lingkungan sektor publik (pemerintah) dan memberikan suatu dasar evaluasi atas sistem pengendalian manajemen. Standar pengendalian tersebut berlaku pada semua aspek kegiatan unit kerja: programatik, keuangan, dan kepatuhan. Namun demikian, standar tersebut tidak dimaksudkan untuk membatasi atau mengintervensi kewenangan yang berkaitan dengan penyusunan perundang-undangan, pengambilan keputusan atau pembuat kebijakan dalam unit kerja tersebut. Standar ini memberikan suatu kerangka umum. Dalam penerapannya, manajemen bertanggung jawab atas pengembangan kebijakan, prosedur dan praktik yang terinci agar cocok dengan kegiatan unit kerja dan untuk meyakinkan bahwa standar tersebut terpasang ke dalam dan menjadi bagian yang terpadu dari kegiatan.

BAB II
Pembahasan

1. LINGKUNGAN PENGENDALIAN
Lingkungan pengendalian yang positif merupakan landasan bagi seluruh standar pengendalian manajemen. Lingkungan pengendalian memberikan suatu bidang pengetahuan dan struktur serta suasana yang mempengaruhi mutu pengendalian manajemen. Beberapa faktor kunci yang dapat mempengaruhi lingkungan pengendalian adalah:
Pertama, integritas dan nilai etika yang dijaga dan ditunjukkan oleh manajemen dan staf. Manajemen memegang peranan kunci dalam memberikan nilai-nilai kepemimpinan dan keteladanan, khususnya dalam menetapkan dan menjaga nilai etika organisasi dan memberikan arahan dan contoh perilaku yang tepat, menghalau godaan untuk berperilaku tidak etis, serta menerapkan kedisiplinan saat diperlukan.
Contoh implementasi upaya membangun integritas dan nilai etika adalah dengan ditandatanganinya pakta integritas untuk tidak melakukan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dalam kegiatan pengadaan barang dan jasa sebagaimana yang diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003.
Faktor kedua, komitmen manajemen atas kompetensi. Seluruh staf memerlukan dan mempertahankan tingkat kompetensi yang memungkinkan mereka menyelesaikan tugas sekaligus memahami pentingnya upaya untuk mengembangkan dan menerapkan pengendalian yang baik. Manajemen perlu mengidentifikasi pengetahuan dan keahlian yang tepat untuk berbagai tugas, memberikan pelatihan yang dibutuhkan dan pemberian konsultansi yang konstruktif serta penilaian kinerja.
Lingkungan pengendalian terdiri dari tindakan, kebijakan, dan prosedur yang mencerminkan sikap semua pihak - manajemen puncak, direktur, dan pemegang saham/pemilik – terhadap pengendalian dan pentingnya organisasi. Berikut beberapa sub komponen dari lingkungan pengendalian:
a. Integritas dan Nilai Etika
Integritas dan nilai etika merupakan produk standar etika, perilaku organisasi dan bagaimana standar tersebut dikomunikasikan serta didorong untuk dilaksanakan. Standar tersebut mencakup tindakan-tindakan manajemen untuk menghindarkan diri atau mengurangi dorongan atau godaan yang mungkin mendorong seseorang untuk bertindak tidak jujur, melanggar hukum, atau tindakan lain yang tidak etis.
Contoh: pencanangan komitmen untuk bertindak jujur, disiplin dan obyektif dalam pelaksanaan tugas seperti yang diwajibkan kepada pejabat pembuat komitmen, panitia pengadaan dan para penyedia barang dan jasa dalam Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 adalah contoh diterapkannya sub komponen integritas dan nilai etika. Untuk mengefektifkan sub komponen integritas dan nilai etika, maka pihak manajemen harus memusatkan perhatian pada aspek berikut:
1) Aturan perilaku dan nilai etika serta menunjukkan praktiknya dan konflik kepentingan yang dapat diterima.
2) Standar etika dan perilaku telah ditetapkan oleh pimpinan dan dikomunikasikan ke seluruh unit organisasi.
3) Hubungan yang terkait dengan publik, seperti DPR, karyawan, rekanan, auditor dan lainnya wajib dikelola dengan etika tinggi dan telah dikomunikasikan melalui jalur organisasi (dealing with counterparts).
4) Tindakan disiplin diambil dalam merepon adanya deviasi dari kebijakan dan prosedur atau pelanggaran kode etik (performance target).
5) Manajemen menunjukkan tindakan atas intervensi atau pengabaian pengendalian manajemen. Hal ini tentunya mencakup penyediaan metode pelaporan pelanggaran etika.
6) Manajemen menghindari perilaku yang tidak sesuai dengan etika; memiliki komitmen atas kejujuran dan sportivitas; pengakuan dan kesadaran atas hukum dan kebijakan.
b. Komitmen terhadap Kompetensi
Kompetensi adalah pengetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk penyelesaian tugas yang merumuskan tugas-tugas individu. Komitmen atas kompetensi mencakup pertimbangan manajemen atas tingkat kompetensi untuk tugas-tugas tertentu dan bagaimana tingkat-tingkat kompetensi ini diterjemahkan ke dalam pengetahuan dan keahlian yang dipersyaratkan. Uraian tugas disertai program pelatihan bagi mereka yang akan melaksanakan tugas adalah contoh sederhana komitmen terhadap kompetensi.
Titik perhatian atas sub komponen komitmen terhadap kompetensi meliputi:
1) Pimpinan telah mengidentifikasi dan mendefinisikan tugas dalam suatu pekerjaan dan berbagai posisinya (task definition).
2) Pimpinan telah melaksanakan analisis kebutuhan atas pengetahuan, keahlian, dan kemampuan untuk pekerjaan tertentu.
3) Pimpinan telah melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta konseling dalam membantu karyawan memelihara dan meningkatkan kompetensinya di dalam pelaksanaan tugas.
c. Filosofi Manajemen dan Gaya Kepemimpinan
Filosofi dan gaya kepemimpinan manajemen memberikan tanda yang jelas bagi para staf tentang arti pentingnya pengendalian. Auditor dapat mengidentifikasi aspek-aspek yang memberikan kepadanya pemahaman tentang sikap manajemen terhadap pengendalian. Perhatian dan keberpihakan pada aspek pengendalian oleh pimpinan instansi dengan memberdayakan secara optimal fungsi auditor intern adalah contoh sub komponen filosofi manajemen dan gaya kepemimpinan.
Titik perhatian dari filosofi manajemen dan gaya kepemimpinan adalah:
1) Pimpinan memiliki sikap dalam mengambil atau membatasi risiko terkait dengan pencapaian misi atau operasi organisasi (risk tolerance).
2) Adanya interaksi yang aktif antara manajemen senior dengan manajemen operasi (interactions).
3) Pimpinan memiliki sikap yang positif dan mendukung fungsi-fungsi yang ada, seperti: fungsi akuntansi, sistem informasi manajemen, operasi personil, monitoring, dan audit internal/eksternal (attitudes).
4) Pimpinan memiliki sikap yang konsisten atas pelaporan keuangan, anggaran dan operasi (action toward reporting).
d. Struktur Organisasi
Struktur organisasi merumuskan garis tanggung jawab dan wewenang yang ada. Dengan memahami struktur organisasi auditor dapat mempelajari dan memahami unsur manajerial dan fungsional serta merasakan bagaimana pengendalian dikaitkan dengan kebijakan dan prosedur yang dilaksanakan.
Titik perhatian atas struktur organisasi adalah:
1) Memfasilitasi arus informasi ke dalam, ke luar, dan di dalam organisasi (ability to flow information).
2) Area kunci dari otoritas dan tanggung jawab telah didefinisikan dan dikomunikasikan (definition and understanding of responsibilities).
3) Pengetahuan dan pengalaman dari manajer kunci mencukupi sejalan dengan tanggung jawabnya (adequate of knowledge and experience).

e. Komite Audit
Unit yang dikenal sebagai komite audit lebih dikenal di lingkungan korporasi dan badan usaha ketimbang di lingkungan sektor publik (pemerintah). Komite audit dibentuk oleh dan merupakan kepanjangan tangan dewan komisaris dalam melakukan pengawasan terhadap kegiatan yang dilakukan oleh manajemen. Komite audit akan efektif apabila ia benar-benar independen dari manajemen dan melakukan penelitian dengan cermat terhadap aktivitas manajemen. Komunikasi antara komite audit dengan auditor, baik internal maupun eksternal, menjadi suatu hal yang penting dalam memecahkan/membahas berbagai masalah yang terkait dengan integritas dan tindakan-tindakan manajemen lainnya. Sub komponen ini pada saat ini masih lebih ditekankan pada lingkungan sektor swasta dan badan usaha milik negara, sedangkan di sektor pemerintah belum ada.
f. Penetapan dari Otoritas dan Pertanggung jawaban
Penetapan otoritas (wewenang) dan pertanggung jawaban merupakan bentuk komunikasi formal berkaitan dengan pengendalian atas kegiatan yang dilaksanakan. Nota atau memo dinas dari manajemen puncak kepada bawahannya mengenai hal-hal yang mencerminkan pentingnya pengendalian dan kaitannya dengan rencana kegiatan, uraian tugas dan kebijakan merupakan contoh bentuk penetapan otoritas dan dan pertanggung jawaban.
Titik perhatian atas penetapan dari otoritas dan pertanggung jawaban adalah:
1) Penetapan tanggung jawab dan pendelegasian otoritas sejalan dengan tujuan dan sasaran, fungsi operasi dan peraturan, termasuk sistem informasi dan perubahan (assignment and delegation).
2) Kecukupan atas hubungan pengendalian dengan standar dan prosedur, termasuk deskripsi pekerjaan pegawai (control-related standards and procedures).
3) Jumlah personil yang memadai, terutama terkait fungsi proses data dan akuntansi, dengan level kemampuan relatif atas ukuran, sifat dan kompleksitas dari aktivitas dan sistem (quantity and quality of people).
g. Kebijakan dan Prosedur Sumber Daya Manusia
Manusia merupakan aspek penting dari sistem pengendalian manajemen. Apabila staf memiliki kompetensi dan dapat dipercaya, maka pengendalian lain mungkin dapat dipercaya. Seorang pegawai yang memiliki integritas diharapkan akan mampu melaksanakan tingkat pekerjaan yang berat walau hanya ada beberapa pengendalian yang mendukungnya. Sebaliknya, seorang pegawai yang tidak dapat dipercaya cenderung akan berusaha untuk menghancurkan sistem pengendalian yang ada walaupun didukung dengan berbagai pengendalian. Namun demikian, seorang pegawai yang jujur dan dapat dipercaya sekalipun tidak luput dari kelemahan. Oleh karena itu, untuk menciptakan pengendalian yang efektif atas sumber daya manusia, harus diciptakan kebijakan dan metode rekruitmen, pelatihan, pengembangan, promosi, dan kompensasi yang sesuai.
Titik perhatian atas kebijakan dan prosedur dari sumber daya manusia adalah:
1) Manajemen sumber daya manusia meminta, mengklasifikasikan dan mengevaluasi posisi dengan menggunakan teknik evaluasi yang diterima dan bertanggung jawab atas rekuritmen dan seleksi (employeelife-cycle procedures).
2) Tindakan yang sesuai diambil terkait dengan tingkah laku menyimpang dari pegawai (departures from policy and remedial checks).
3) Kelayakan dan kriteria retensi dan promosi serta teknik informasi terkait dengan aturan perilaku dan pedoman lainnya (retention and promotion criteria).


2. PENILAIAN RISIKO MANAJEMEN
David Mc. Namee dan Georges Selim memberikan definisi tentang risiko (risk) sebagai berikut:
“Risk is a concept used to express uncertainty about events and/or their outcomes that could have a material effect on the goals of the organizations.”
Definisi di atas dapat diterjemahkan sebagai berikut: risiko adalah suatu konsep yang digunakan untuk mengekspresikan ketidakpastian tentang kejadian dan/atau dampaknya yang dapat memiliki efek atas pencapaian tujuan organisasi.
Manajemen dalam upayanya mencapai tujuan yang telah ditetapkan harus memahami adanya hambatan, tantangan, kerugian, dan kesulitan lain yang dapat berpotensi tidak tercapainya tujuan dimaksud. Hal-hal yang menghalangi pencapaian tujuan tersebut disebut risiko. Manajemen memiliki kepentingan untuk mengenal risiko dan mempersiapkan strategi, taktik, program dan kegiatan dalam menyikapi risiko yang mungkin akan dihadapinya.
Penilaian risiko adalah suatu proses dalam mengidentifikasi dan menganalisis risiko yang relevan terhadap pencapaian tujuan organisasi dan menentukan respon yang sesuai dalam menghadapi risiko tersebut.
Urutan-urutan penilaian risiko dapat dibagi ke dalam beberapa tahapan, yaitu:
a. Perumusan tujuan organisasi secara keseluruhan.
Agar perumusan tujuan organisasi secara keseluruhan efektif, maka organisasi harus melakukan hal-hal berikut:
1) Organisasi harus merumuskan tujuan dan menjadikannya sebagai pedoman dalam penetapan arah dan kegiatan.
2) Tujuan organisasi telah dikomunikasikan secara efektif kepada seluruh jenjang organisasi dan telah memperoleh masukan yang signifikan dalam proses pengkomunikasian tujuan organisasi.
3) Tujuan organisasi sejalan dengan kegiatan strategis yang dilakukan oleh organisasi tersebut.
4) Organisasi telah merumuskan rencana penilaian risiko yang relevan terhadap tujuan organisasi dan terhadap risiko yang mungkin timbul yang datang dari faktor internal maupun eksternal.
b. Perumusan tujuan organisasi pada tingkat kegiatan.
Agar perumusan tujuan organisasi pada tingkat kegiatan efektif, maka organisasi harus menyusun program organisasi dengan syarat:
1) sejalan dengan tujuan rencana strategis organisasi;
2) saling melengkapi dengan pemberdayaan kegiatan lain dan tidak saling bertentangan satu dengan yang lain;
3) sejalan dengan kegiatan yang dilaksanakan oleh unit-unit kerja yang terdapat dalam organisasi tersebut;
4) harus dapat diukur;
5) harus didukung dengan sumber daya yang memadai; dan
6) pimpinan harus merumuskan faktor-faktor kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan program organisasi.
c. Identifikasi risiko
Pendekatan strategis untuk menilai suatu risiko sangat tergantung pada identifikasi risiko terhadap tujuan utama organisasi. Risiko yang relevan terhadap tujuan organisasi harus diperhatikan dan dievaluasi. Mengidentifikasikan risiko tidak hanya penting dalam melakukan proses identifikasi risiko, tetapi juga penting untuk mengalokasikan sumber-sumber daya untuk menyikapi risiko dimaksud.
Dalam melakukan identifikasi risiko, hal-hal yang menjadi titik perhatian adalah:
1) Pimpinan organisasi menggunakan metode identifikasi risiko yang memadai.
2) Terdapat mekanisme yang memadai dalam mengidentifikasikan risiko yang timbul dari faktor internal dan eksternal.
3) Terdapat mekanisme yang memadai dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang mendorong meningkatnya risiko yang timbul.
4) Terdapat mekanisme yang memadai dalam mengidentifikasi ketidaksesuaian antara program dan tujuan organisasi.
d. Analisis risiko
Dalam menentukan bagaimana menangani risiko, tidak hanya mengidentifikasi dasar-dasar dari jenis risiko yang muncul, tetapi juga harus mengevaluasi faktor signifikan dan menilai risiko yang mungkin terjadi. Salah satu tujuan utama mengevaluasi risiko adalah untuk memberikan informasi kepada pimpinan tentang adanya risiko yang memerlukan langkah penanganan secara prioritas dan komprehensif dengan mengelompokkan risiko menjadi risiko tinggi, risiko menengah, dan risiko rendah.

Dalam melakukan analisis risiko, hal-hal yang menjadi titik perhatian adalah:
1) Setelah pimpinan mengidentifikasi risiko secara menyeluruh, pimpinan harus melakukan analisis terhadap pengaruh risiko tersebut.
2) Pimpinan harus merumuskan pendekatan dalam mengelola dan mengendalikan risiko berdasarkan berapa besar risiko yang terjadi yang dapat diterima oleh pimpinan organisasi.
e. Mengelola risiko
Respon terhadap risiko adalah tindakan yang dilakukan untuk mengendalikan risiko yang telah teridentifikasi. Beberapa respon atas risiko yang dapat dilakukan adalah:
1) Risiko yang dapat dipindahkan.
2) Risiko yang dapat ditolerir.
3) Risiko yang dapat dihilangkan.
4) Risiko yang dapat dikelola.
Dalam kasus risiko yang dapat dikelola, organisasi harus meng implementasikan sistem pengendalian manajemen dan menjaga keefektivannya agar risiko dapat ditekan hingga pada tingkat risiko yang dapat diterima.
Dalam mengelola risiko, beberap titik perhatian yang perlu diperhatikan, yaitu:
1) Pimpinan harus merumuskan mekanisme untuk mengantisipasi, mengidentifikasi, dan merespon risiko yang timbul sebagai akibat adanya perubahan, seperti: perubahan sistem pemerintahan, perekonomian, industri, peraturan dan ketentuan, operasi, dan sebagainya yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan, sasaran, dan program organisasi.
2) Pimpinan harus memberikan perhatian terhadap risiko yang timbul sebagai akibat dari perubahan yang dapat memberikan pengaruh yang sangat dramatis terhadap organisasi dan memerlukan perhatian yang serius dari pimpinan tertinggi organisasi.
Terdapat beberapa jenis risiko yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Risiko Bisnis
Risiko bisnis adalah risiko yang diderita akibat larinya pelanggan atau user ke tempat lain. Risiko timbul karena: pelayanan yang buruk, ketinggalan teknologi, produk/jasa yang tidak sesuai dengan keinginan pelanggan atau pemakai, dan kemahalan harga.
b. Risiko Operasi
Risiko operasi adalah risiko yang diderita akibat kesalahan dan kekeliruan yang terjadi pada sistem dan prosedur operasi yang menimbulkan ketidakefisienan dan ketidakefektifan operasi.
Contoh: “bottleneck” pekerjaan, kelambatan pengadaan bahan, buruknya koordinasi dan komunikasi antar bagian.
c. Risiko Keuangan
Risiko keuangan adalah risiko yang diderita akibat terjadinya kerugian finansial dan ketidakakuratan laporan keuangan yang disebabkan antara lain: adanya kecurangan internal atau eksternal, ketidakhandalan metode evaluasi proposal investasi atau kerjasama operasi, kegagalan sistem akuntansi.
Contoh: pembayaran seluruh biaya pembangunan sekolah dasar di suatu kecamatan yang ternyata tidak selesai 100% sehingga sarana sekolah belum dapat difungsikan sebagaimana mestinya.
d. Risiko Ketaatan
Risiko ketaatan adalah risiko yang diderita akibat terjadinya pelanggaran terhadap ketentuan yang berdampak pengenaan sanksi dan kerugian kepada organisasi yang disebabkan antara lain: karena ketidakpahaman terhadap perkembangan peraturan, lebih menekankan pada form over substance ( aspek formal lebih diutamakan daripada substansi), komunikasi dan sosialisasi ketentuan dan kebijakan yang buruk.
Contoh: Jasa pemborongan senilai Rp 950.000.000,00 (sembilan ratus lima puluh juta rupiah) diberikan kepada suatu perusahaan swasta lokal. Hal tersebut merupakanpenyimpangan dari ketentuan yang ada yang mengatur bahwa jasa pemborongan sampai dengan nilai Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) hanya boleh dilakukan oleh Usaha Kecil dan Koperasi Kecil. Padahal dalam kenyataannya, di daerah tersebut tidak tersedia usaha kecil atau koperasi kecil.
Penilaian risiko manajemen berbeda dengan penentuan risiko auditor. Manajemen menetapkan risiko sebagai bagian dari perancangan dan pengoperasian sistem pengendalian manajemen untuk meminimalkan kekeliruan dan ketidakberesan, sedangkan auditor menetapkan risiko untuk memutuskan bukti apa yang diperlukan dalam pelaksanaan audit. Dalam pelaksanaan audit, seorang auditor menghadapi risiko kegagalan dalam pelaksanaan auditnya. Risiko kegagalan audit dapat meliputi ketidakpastian mengenai kompetensi bukti, efektivitas sistem pengendalian manajemen dari auditan yang direviu, dan apakah laporan akuntabilitas telah disajikan secara memadai. Untuk itu, maka auditor juga harus mempertimbangkan berbagai risiko audit yang dihadapi dalam pelaksanaan audit.
Manajemen risiko meliputi langkah-langkah berikut:
a. Mengidentifikasi unsur-unsur ketidakpastian dan jenis-jenis risiko yang lazim dihadapi.
b. Menghindari atau menanggulangi unsur-unsur ketidakpastian, antara lain dengan membuat perencanaan audit yang sebaik-baiknya.
c. Berupaya mengetahui korelasi dan konsekuensi antar kejadian sehingga dapat diketahui kandungan risikonya.
d. Berusaha mencari dan mengambil langkah-langkah penanganan risiko yang teridentifikasi.
RISIKO AUDIT
Risiko audit diartikan sebagai suatu tingkat ketidakpastian tertentu yang dapat diterima oleh auditor dalam pelaksanaan penugasan auditnya. Selama pelaksanaan penugasan, auditor menyadari adanya ketidakpastian mengenai kompetensi bukti, efektivitas sistem pengendalian manajemen auditan (obyek yang diaudit) dan apakah laporan pertanggung jawaban telah disajikan secara memadai setelah pelaksanaan audit selesai dilaksanakan. Paradigma baru atas peran lembaga audit intern disamping melaksanakan tugas audit guna mendukung pencapaian tujuan organisasi secara profesional, juga menuntut agar para auditornya meningkatkan kepeduliannya terhadap risiko audit.
Risiko audit dibedakan dalam 3 (tiga) jenis: risiko bawaan (inherent risk), risiko pengendalian (control risk), dan risiko deteksi (detection risk).
Risiko bawaan adalah risiko yang disebabkan oleh kerentanan suatu saldo rekening atau kelompok transaksi terhadap salah saji dari laporan akuntabilitas tanpa mengkaitkan dengan sistem pengendalian manajemennya.
Contoh risiko bawaan pada aktivitas unit kerja pemerintah yang rentan terhadap kesalahan antara lain: kegiatan pembuatan sertifikat hak atas tanah, pemberian restitusi pajak, pemberian berbagai perizinan, dan sebagainya.
Risiko pengendalian merupakan risiko yang disebabkan lemahnya sistem pengendalian manajemen pihak auditan. Kelemahan ini dapat disebabkan karena lemahnya rancangan sistem pengendalian dan tidak berjalannya sistem pengendalian secara efektif.
Risiko deteksi adalah risiko kegagalan auditor mendeteksi penyimpangan yang material dalam suatu laporan akuntabilitas. Risiko ini dapat timbul karena penggunaan teknik sampling dan penggunaan prosedur dan teknik audit alternatif yang dilakukan oleh auditor kurang mewakili/kurang handal.

3. INFORMASI DAN KOMUNIKASI
Informasi dan komunikasi penting untuk merealisasikan semua tujuan sistem pengendalian manajemen. Salah satu tujuan dari sistem pengendalian manajemen misalnya adalah memenuhi kewajiban akuntabilitas publik. Hal ini dapat dicapai dengan mengembangkan dan memelihara informasi keuangan dan non keuangan yang dapat dipercaya dan relevan serta mengkomunikasikan informasi ini dengan pengungkapan yang wajar dalam laporan yang tepat waktu.
Informasi dan komunikasi adalah komponen sistem pengendalian manajemen yang menghubungkan keempat komponen lainnya sehingga kelima komponen memiliki hubungan yang integral.
a. Informasi
Informasi merupakan laporan yang terkait dengan kegiatan operasional, keuangan, dan non keuangan. Untuk menghasilkan informasi tersebut, diperlukan sistem informasi yang memadai.
Sistem informasi ini tidak hanya berhubungan dengan data internal tetapi juga data eksternal yang penting bagi pelaporan dan pengambilan keputusan.
Kemampuan pimpinan organisasi membuat keputusan sangat dipengaruhi oleh kualitas informasi yang harus memenuhi persyaratan berikut:
1) Informasi harus sesuai dengan kebutuhan pimpinan.
2) Informasi harus tepat waktu.
3) Informasi harus selalu termutahir (up to date).
4) Informasi haruslah akurat dan benar.
5) Informasi harus dapat diakses dengan mudah oleh pihak-pihak yang kompeten.
Beberapa titik perhatian dalam melakukan evaluasi atas informasi adalah:
1) Memperoleh informasi internal dan eksternal dan menyajikan laporan yang penting terkait dengan kinerja organisasi kepada pimpinan organisasi.
2) Memperoleh informasi dari orang yang tepat dengan tingkat rincian yang cukup dan tepat waktu.
3) Pengembangan atau perbaikan sistem informasi didasarkan pada Rencana Stratejik untuk sistem informasi.
4) Dukungan pimpinan untuk pengembangan sistem informasi yang diperlukan, ditunjukkan dengan komitmen dan sumber daya yang tepat.
5) Terdapat mekanisme untuk mengidentifikasi berkembangnya kebutuhan informasi.
b. Komunikasi
Informasi merupakan dasar untuk komunikasi yang harus memenuhi harapan dari kelompok dan individu agar mereka dapat menyelesaikan tanggung jawabnya secara efektif. Komunikasi yang efektif seharusnya terjadi di segala arah, mengalir dari atas ke bawah, dan lintas unit organisasi. Salah satu saluran komunikasi yang paling kritis adalah komunikasi antara atasan – bawahan. Atasan menyampaikan komunikasi yang spesifik dan terarah kepada bawahan yang meliputi suatu pernyataan yang jelas atas filosofi dan pendekatan pengendalian manajemen serta pendelegasian wewenang.
Komunikasi seharusnya meningkatkan kesadaran tentang arti pentingnya dan relevansi dari sistem pengendalian manajemen yang efektif, mengkomunikasikan hasrat risiko dan toleransi risiko organisasi, dan menyadarkan tanggung jawab dan peran karyawan yang dapat mempengaruhi serta mendukung sistem pengendalian manajemen.
Dalam mengevaluasi komunikasi, perlu memperhatikan titik-titik perhatian sebagai berikut:
1) Efektivitas komunikasi dalam menyampaikan tugas dan tanggung jawab.
2) Penetapan saluran komunikasi untuk melaporkan ketidakwajaran.
3) Respon pimpinan organisasi atas sumbang saran (urun rembuk) karyawan mengenai peningkatan produktivitas, kualitas, dan cara perbaikan lainnya.
4) Kecukupan komunikasi lintas unit, kelengkapan, ketepatan waktu informasi dan kecukupannya agar memungkinkan karyawan memenuhi tanggung jawabnya secara efektif.
5) Keterbukaan dan keefektivan saluran komunikasi dengan pihak luar.
6) Penyampaian kepada pihak luar mengenai kode etik organisasi.
7) Pimpinan melakukan tindak lanjut secara benar dan tepat waktu untuk merespon hasil komunikasi yang dilakukan dengan pihak luar.

4. AKTIVITAS PENGENDALIAN
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan, prosedur, teknik, dan mekanisme yang memberikan arah bagi manajemen, seperti: proses ketaatan pada ketentuan tentang perencanaan dan pelaksanaan anggaran.
Aktivitas pengendalian ini membantu untuk meyakini bahwa tindakan-tindakan perlu diambil dalam rangka mengantisipasi risiko.
Aktivitas pengendalian merupakan bagian yang menyatu atau integral dari proses perencanaan, pelaksanaan, pengkajian ulang dan pertanggungjawaban atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan serta pencapaian hasil yang efektif.
Aktivitas pengendalian terjadi pada semua tingkat dan fungsi organisasi yang meliputi berbagai kegiatan seperti: persetujuan, pemberian otorisasi, verifikasi, rekonsiliasi, reviu kinerja, memelihara keamanan, serta menciptakan dan memelihara catatan terkait yang dapat memberikan bukti pelaksanaan kegiatan. Aktivitas pengendalian dapat pula diterapkan pada sistem informasi yang berbasis komputer.
Kegiatan dapat diklasifikasikan ke dalam sasaran pengendalian khusus atau spesifik, seperti meyakini kelengkapan dan akurasi proses informasi.
Aktivitas pengendalian merupakan salah satu komponen pengendalian intern yang berupa kebijakan dan prosedur yang ditetapkan manajemen untuk memenuhi tujuan operasional dalam kaitannya dengan pelaporan keuangan.


Lima kategori dari aktivitas pengendalian meliputi:
a. Pemisahan tugas yang memadai.
b. Otorisasi transaksi dan aktivitas yang seharusnya.
c. Dokumen-dokumen dan catatan-catatan yang memadai.
d. Pengendalian fisik atas aktiva dan catatan.
e. Pengecekan yang independen atas kinerja.
Rincian kelima kategori dari aktivitas pengendalian dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pemisahan tugas yang memadai.
Pemisahan tugas yang memadai dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan baik disengaja maupun tidak disengaja.
Pedoman umum pemisahan tugas meliputi:
1) Pemisahan tugas penyimpanan aktiva dengan bagian akuntansi.
Alasan untuk tidak membiarkan seseorang merangkap 2 (dua) fungsi ini adalah untuk mencegah organisasi mengalami kerugian akibat tindakan kecurangan. Jika seseorang merangkap dua fungsi ini, maka terdapat risiko terjadinya tindakan penyimpangan atau kecurangan karena diberikan peluang untuk memanfaatkan kondisi yang ada bagi kepentingan pribadi.
2) Pemisahan tugas otorisasi transaksi dari tugas penyimpanan aktiva yang dimaksud.
Kedua fungsi tersebut apabila dirangkap oleh satu orang memberikan peluang terjadinya penyimpangan atau kecurangan dan kerugian bagi organisasi atau unit kerja.
3) Pemisahan antara tanggung jawab operasional dan tanggung jawab pencatatan.
Jika setiap bagian atau bidang dalam suatu organisasi bertanggung jawab untuk menyusun sendiri catatan dan laporannya, maka akan ada kecenderungan hasilnya menyimpang (bias) untuk perbaikan kinerja yang dilaporkan.
Untuk memastikan bahwa informasi tidak direkayasa, fungsi pencatatan biasanya dilakukan oleh bidang/bagian yang terpisah.
Prinsipnya, seluruh struktur organisasi harus memiliki pemisahan tugas yang semestinya, yaitu untuk meningkatkan efisiensi operasi dan komunikasi yang efektif.
Dengan demikian, pemisahan tugas ini sangatlah bervariasi tergantung pada ukuran organisasi, namun demikian pemisahan tugas yang umum meliputi:
a) Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi penyimpanan atau tanggung jawab operasional.
b) Penyimpanan kas yang mencakup penerimaan dan pengeluaran uang serta surat berharga merupakan tanggung jawab kasir atau bendaharawan.
c) Auditor intern melaporkan langsung kepada manajemen puncak atau komisaris.
d) Pemisahan tugas dalam Electronic Data Processing (EDP) dianggap memadai dengan mempertimbangkan ukuran organisasi.
b. Otorisasi yang semestinya atas transaksi dan aktivitas.
Setiap transaksi harus diotorisasikan dengan semestinya apabila pengendalian ingin dicapai secara memuaskan. Otorisasi dapat bersifat umum atau khusus.
Otorisasi umum maksudnya adalah manajemen menetapkan kebijakan organisasi secara umum untuk diikuti. Bawahan diinstruksikan untuk mengimplementasikan otorisasi umum tersebut dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya.
Contohnya,otorisasi pengadaan barang dan jasa oleh unit kerja pemerintah berupa penetapan pelelangan atas semua pengadaan barang dan jasa di atas jumlah tertentu.
Otorisasi khusus berhubungan dengan transaksi individual. Manajemen kadang kala tidak ingin menetapkan suatu kebijakan umum untuk otorisasi beberapa transaksi. Sebagai gantinya, manajemen lebih suka membuat otorisasi berdasarkan kasus per kasus.
Contohnya, kebijakan pengesahan bukti pengeluaran uang tunai.
Dalam penjelasan tersebut perlu dibedakan antara pengertian otorisasi dengan persetujuan (approval). Otorisasi merupakan keputusan kebijakan yang dapat bersifat umum maupun khusus. Sedangkan persetujuan (approval) adalah implementasi keputusan otorisasi umum manajemen.

c. Dokumen-dokumen dan catatan-catatan yang memadai.
Dokumen dan catatan merupakan bukti fisik atas transaksi yang dicatat dan diikhtisarkan. Dokumen dan catatan ini mencakup antara lain:
1) Realisasi penerimaan dan pengeluaran uang
2) Realisasi pelaksanaan kegiatan
3) Pemberian jasa konsultansi
4) Kartu hadir pegawai
Dalam sistem akuntansi yang sudah terkomputerisasi, banyak dari dokumen dan catatan disimpan dalam bentuk arsip-arsip (file-file) komputer dan baru dicetak jika dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan atau penggunaannya. Ketidaklengkapan dokumen dan catatan mengindikasikan adanya kelemahan pengendalian manajemen potensial yang mempengaruhi pencapaian tujuan kegiatan organisasi.
Dokumen berfungsi untuk menyampaikan informasi sehingga dokumen harus memadai untuk memberikan jaminan bahwa seluruh harta dapat dijaga dengan semestinya dan seluruh transaksi dicatat dengan benar. Beberapa prinsip yang relevan untuk perancangan dan pemanfaatan yang semestinya atas dokumen dan catatan untuk terciptanya pengendalian manajemen yang efektif antara lain adalah:
1) Digunakannya nomor urut yang pracetak untuk setiap formulir yang digunakan (prenumbered forms). Penggunaan formulir pracetak ini akan memudahkan pengendalian atas dokumen yang hilang atau terselip, serta membantu dalam mendapatkan kembali dokumen yang diinginkan bila suatu saat nanti dibutuhkan kembali.
2) Dokumen harus disiapkan pada saat transaksi terjadi atau sesegera mungkin setelah transaksi terjadi. Bila ketepatan dan kecepatan waktu menyiapkan dokumen ini diabaikan, maka akan berakibat bahwa dokumen menjadi kurang dapat dipercaya dan risiko kesalahanpun akan meningkat.
3) Dokumen harus cukup sederhana untuk memperoleh kepastian bahwa dokumen tersebut dapat dengan jelas dipahami.
4) Sebaiknya dokumen dirancang untuk berbagai manfaat jika hal itu memungkinkan yaitu meminimalkan terlalu banyaknya atau bervariasinya dokumen-dokumen yang digunakan.
5) Dokumen disiapkan dengan suatu cara yang dapat mendorong persiapan yang benar atas penggunaannya. Hal ini dapat dipenuhi dengan menyajikan tingkat pengecekan intern yang memadai dalam dokumen atau catatan yang digunakan.
Sebagai contoh, pengendalian manajemen dalam hal penggunaan dokumen dan catatan berhubungan erat dengan penggunaan kode rekening pada sistem akuntansi keuangan pemerintah pusat atau daerah. Kode rekening mengklarifikasikan transaksi-transaksi mana yang merupakan kelompok rekening (akun) neraca dan mana yang merupakan kelompok rekening (akun) pembiayaan. Bagan rekening yang memuat seluruh pemberian kode rekening merupakan pengendalian yang penting karena menyajikan kerangka untuk menentukan informasi yang disajikan bagi manajemen dan para pemakai laporan keuangan lainnya. Bagan rekening membantu untuk mencegah kesalahan klasifikasi atas transaksi dan dengan tepat menggambarkan jenis transaksi mana yang seharusnya untuk setiap rekening (akun).
Prosedur pencatatan yang semestinya harus dituangkan dalam suatu sistem atau pedoman manual untuk mendorong aplikasi pencatatan yang konsisten. Pedoman manual harus menyajikan informasi yang cukup untuk memudahkan pencatatan yang memadai dan mempertahankan pengendalian yang layak atas harta.

d. Pengendalian fisik atas aktiva dan catatan.
Pengendalian fisik atas aktiva dan catatan menjadi unsur yang penting bagi pengendalian intern yang memadai untuk mencegah kerugian atau kehilangan atas aktiva dan catatan. Apabila aktiva dibiarkan tidak dilindungi, maka aktiva mungkin dapat hilang tercuri. Demikian pula catatan yang tidak dijaga akan dapat dicuri, dirusak, ataupun hilang. Bila hal ini terjadi, maka ada kemungkinan proses akuntansi akan terganggu dan juga berpengaruh terhadap kegiatan operasional yang dilaksanakan. Bila organisasi telah menerapkan komputerisasi dalam sistem pencatatannya, maka perlindungan terhadap peralatan komputer, program maupun file data menjadi penting. Perlindungan atas aktiva dan catatan dalam konteks ini lebih ditekankan pada pencegahan fisik.
Contoh: Kendaraan dinas diparkir dalam garasi yang terkunci disertai dengan pemasangan peralatan alarm, dokumen dan catatan kepegawaian di simpan dalam lemari yang dikunci, komputer penyimpan data penting dikunci dalam ruangan yang terkunci dan menggunakan password bagi yang hendak mengakses.

e. Pengecekan yang independen atas kinerja.
Verifikasi internal independen yang dilakukan secara terus menerus dan hati-hati merupakan kategori terakhir dari pengendalian.
Kebutuhan akan adanya pengecekan yang independen timbul karena beberapa pertimbangan.
Pertama, orang cenderung melupakan atau dengan sengaja tidak mengikuti prosedur yang seharusnya.
Kedua, kekeliruan atau ketidak-beresan dapat saja terjadi dalam kegiatan yang dilaksanakan tanpa memperhatikan kualitas pengendalian yang ada.
Ketiga, orang yang melaksanakan prosedur verifikasi internal adalah orang yang bebas/independen dari individu yang bertanggung jawab untuk mempersiapkan data.
Dalam sistem akuntansi yang sudah terkomputerisasi, prosedur verifikasi intern biasanya sudah melekat secara otomatis dalam bagian sistem.

5. MONITORING
Monitoring adalah pengawasan oleh manajemen dan pegawai lain yang ditunjuk atas pelaksanaan tugas sebagai penilaian terhadap kualitas dan efektivitas sistem pengendalian manajemen. Monitoring terhadap sistem pengendalian manajemen bertujuan untuk meyakinkan bahwa pengendalian telah berjalan sebagaimana yang diharapkan dan diperbaiki sesuai dengan kebutuhan.
Aspek monitoring mencakup penilaian kegiatan rutin, seperti supervisi, reviu atas transaksi yang terjadi guna memastikan apakah kegiatan operasional telah sesuai dengan sistem dan prosedur pengendalian yang telah ditetapkan.
Monitoring dapat dilakukan terhadap kegiatan rutin secara terus menerus dan evaluasi secara terpisah, dan monitoring atas tindak lanjut temuan audit.
a. Monitoring kegiatan yang sedang berjalan (on-going monitoring)
Monitoring atas pengendalian manajemen yang sedang berjalan menyatu pada kegiatan rutin dan berulang. Monitoring ini mencakup setiap komponen sistem pengendalian manajemen dan kegiatan untuk mencegah terjadinya sesuai yang tidak lazim, tidak etis, tidak ekonomis, tidak efisien dan tidak efektif dalam pelaksanaan kegiatan. Kegiatan monitoring dalam suatu organisasi merupakan tanggung jawab seluruh jenjang organisasi namun dengan fokus yang berbeda-beda, yaitu:
1) Bagi staf/karyawan, fokus kegiatan monitoring adalah untuk mengetahui bahwa pekerjaan dilaksanakan sebagaimana mestinya. Setiap karyawan hendaknya melakukan pengecekan terhadap pekerjaan sebelum disampaikan kepada atasannya. Penyimpangan pada tingkat ini segera dapat dideteksi.
2) Di tingkat penyelia, monitoring dilakukan atas seluruh kegiatan di bawah kendalinya guna memastikan bahwa seluruh staf/karyawan yang ada di bawah kendalinya telah melaksanakan tanggung jawabnya masing-masing.
3) Pada tingkat manajer, monitoring dilakukan untuk menilai apakah pengendalian telah berfungsi pada masing-masing unit dalam organisasi dan sejauh mana para penyelia telah melakukan monitoring pada bagian yang menjadi tanggung jawabnya.
4) Pada tingkat pimpinan eksekutif, fokus monitoring adalah pada organisasi dalam lingkup yang menyeluruh, yaitu memonitor apakah tujuan organisasi telah tercapai. Pimpinan juga melakukan monitoring atas keberadaan tantangan dan peluang, baik dari sisi internal maupun eksternal yang mungkin membutuhkan perubahan dalam perencanaan organisasi.
Dalam melakukan monitoring, hal-hal yang menjadi titik perhatian adalah:
1) Pimpinan memiliki strategi untuk memastikan bahwa monitoring berjalan efektif dan melaksanakan evaluasi terpisah apabila terjadi keadaan kritis.
2) Dalam kegiatan rutin, terdapat informasi yang menggambarkan apakah pengendalian manajemen berfungsi dengan baik.
3) Komunikasi dengan pihak luar dikonfirmasikan dengan data intern yang dimiliki organisasi.
4) Struktur organisasi yang sesuai kebutuhan dan adanya supervisi untuk mengawasi fungsi pengendalian manajemen.
5) Terdapat pembandingan data yang dicatat dengan fisiknya secara periodik.
6) Terdapat respon yang segera terhadap rekomendasi auditor ekstern dan intern sebagai alat untuk memperkuat pengendalian manajemen.
7) Pertemuan rutin pimpinan dengan staf dan pelaksanaan pelatihan digunakan untuk memperoleh umpan balik untuk mengetahui apakah pengendalian berjalan efektif.
8) Terdapat pemantauan secara teratur kepada seluruh karyawan untuk mengetahui tingkat pemahaman dan kepatuhan terhadap aturan perilaku yang berlaku.
9) Terdapat efektivitas kegiatan audit internal.
b. Evaluasi yang terpisah (separate evaluations)
Evaluasi terpisah adalah penilaian secara periodik atas kinerja organisasi dibandingkan dengan standar pengukuran yang ada atau yang telah disepakati. Ruang lingkup dan frekuensi evaluasi yang terpisah bergantung pada penilaian risiko dan efektivitas prosedur monitoring ang sedang diterapkan. Evaluasi ini bermanfaat untuk memusatkan secara langsung kepada efektivitas pengendalian pada suatu waktu tertentu dan dapat berbentuk penilaian mandiri (self assessment).
Semua penyimpangan yang dijumpai dalam kegiatan monitoring ini baik yang sedang berlangsung maupun yang telah berjalan harus dikomunikasikan kepada pihak yang terkait untuk mengambil tindakan perbaikan.
Dalam melakukan evaluasi terpisah, perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Ruang lingkup dan frekuensi evaluasi yang terpisah terhadap sistem pengendalian manajemen.
2) Terdapat metode yang logis dan sesuai kebutuhan untuk mengevaluasi pengendalian manajemen.
3) Bila evaluasi terpisah dilakukan oleh auditor internal maka harus dilaksanakan oleh sumber daya manusia yang memiliki kemampuan yang memadai dan independen.
4) Kelemahan yang ditemukan selama evaluasi terpisah segera diatas.


c. Tindak lanjut atas temuan audit
Tindak lanjut atas temuan audit dilakukan untuk memastikan bahwa temuan audit dan reviu lainnya segera diselesaikan. Hal-hal yang harus dilakukan organisasi dalam tindak lanjut atas temuan audit adalah sebagai berikut:
1) Organisasi memiliki mekanisme untuk memastikan adanya penyelesaian atas temuan hasil audit dan reviu lainnya dengan segera.
2) Pimpinan organisasi tanggap atas temuan-temuan dan rekomendasi audit dan reviu lainnya yang bertujuan memperkuat sistem pengendalian manajemen.
3) Organisasi melakukan tindak lanjut yang sesuai dengan temuan dan rekomendasi audit serta reviu lainnya.

BAB III
KESIMPULAN
Komponen dari sistem pengendalian manajemen, yang meliputi: Lingkungan Pengendalian (Control Environment), Penilaian Risiko Manajemen (Management Risk Assessment), Sistem Informasi dan Komunikasi (Information and Communication System), Aktivitas Pengendalian (Control Activities), dan Monitoring. Kelima komponen sistem pengendalian manajemen di atas dikategorikan sebagai standar sistem pengendalian manajemen oleh General Accounting Office (GAO).
Standar sistem pengendalian manajemen menggariskan tingkat kualitas minimum yang dapat diterima bagi suatu sistem pengendalian manajemen di lingkungan sektor publik (pemerintah) dan memberikan suatu dasar evaluasi atas sistem pengendalian manajemen. Standar pengendalian tersebut berlaku pada semua aspek kegiatan unit kerja: programatik, keuangan, dan kepatuhan. Standar ini memberikan suatu kerangka umum.

Sunday, June 7, 2009

StarBucks Corporation

PENDAHULUAN


Latar Belakang

Awalnya starbucks bukanlah café atau kedai kopi melainkan sebuah toko penjual biji kopi segar yang baru dipanggang baik dalam bentuk utuh maupun gilingan. Didirikan oleh Gerald Baldwin, Zev Sielg dan Gordon Bowker. Howard Schult adalah seorang yang begitu cinta pada pemasaran dan bisnis Starbucks, datang memasuki “KEHIDUPAN” starbucks, Datang dan berusaha meyakinkan para pemilik starbucks bahwa dia dapat membuat MUJIZAT pada sisi penjualan dan pemasaran. Setelah 12 bulan dia berhasil meyakinkan mereka. Schult pun bersedia menerima pemotongan gaji dan sitawari sebagai ganti gaji, sedikit saham dalam perusahaan.
Schult menemukan konsep kafe di italia, ada aspek ROMANTIS, Nyaman dan Komunall di café – café italia. Dimana para pelayan bercakap – cakap dengan pelanggan tetap sambil menyajikan kopi dengan cekatan. Dia segera memahami RITUAL tersbut dan menyadar bahwa minum kopi bukanlah hanya sekedar secangkir kopi, segalanya penting.
Pada tahun 1987, setelah mengumpulkan uang sebesar 3,8 juta dollar AS melalui sekelompok investor, dia membeli saham starbucks dari pemilik lama. Karena pemilik lama hanya mengabiskan uang untuk membeli toko kopi lainnya. Karena kini ia telah menjadi kapten kapal starbucks, schultz siap mengubah ulang bisnis tersebut.

Tujuan
Starbucks awalnya adalah sebuah toko penjual biji kopi segar yang baru dipanggang baik dalam bentuk utuh maupun gilingan. Didirikan oleh Gerald Baldwin, Zev Sielg dan Gordon Bowker. Pada dasarnya Starbucks Bertujuan Untuk:
1. Memahami tentang masalah lingkungan hidup dan berbagi informasi dengan mitra usaha,
2. Menciptakan solusi yang inovatif dan fleksible dalam menghadapi perubahan, bekerja keras untuk membeli, menjual dan menggunakan produk yang ramah lingkungan.
3. Memahami tanggung jawab itu sebagai hal yang penting untuk lingkungan hidup.
4. Menanamkan tanggung jawab lingkungan hidup sebagai nilai dasar perusahaan.
5. Mengukur dan memonitor kemajuan setiap proyek terhadap dampak kepada lingkungan hidup.
6. Mendorong seluruh mitra untuk ikut serta dalam memperjuangkan misinya.
7. Melakukan usaha yang bermanfaat untuk lingkungan dan saling menghargai & memuliakan sesama mahkluk.
8. Menjadikan keaneka ragaman atau perbedaan sebagai hal yang sangat penting dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan.
9. Menetapkan standar yang tinggi dalam pembelian, proses produksi dan pengiriman produknya.
10. Meningkatkan kepuasan pelanggan
11. Memberikan kontribusi yang positif untuk masyarakat dan lingkungan hidup.
12. Menetapkan bahwa keuntungan bagi masyarakat dan lingkungan itu sebagai hal yang penting bagi keberhasilan di masa yang akan datang.
Starbucks melakukan tujuannya tersebut dengan cara mengembangkan strategi ekspansi yang bertarget kawasan yang baik tidak hanya memiliki profil demografis tetapi juga yang dapat dilayani dan didukung oleh infrastruktur operasional perusahaan.

Ruang Lingkup

Starbucks adalah salah satu perusahaan frechise yang bergerak dalam bidang penjualan biji kopi dan minuman kopi. Perusahaan ini sudah beroperasi selama 38 tahun sejak 1971 sampai sekarang. Dalam melakukan bisnis perusahaan ini sudah banyak merasakan berbagai hambatan yang memberikan dampak positif untuk dapat menghadapi tantangan ini agar dapat lebih maju untuk masa akan datang.
Starbucks tumbuh dengan sangat cepat. Pada tahun 1990-an, Starbucks banyak membuka kedai baru. Pertumbuhan ini terus berlanjut sampai tahun 2000-an. Pada akhir Maret 2008, Starbucks telah memiliki 16.226 kedai, 11.434 diantara berada di Amerika Serikat dan Duapuluh sembilan persen keda berada di luar Amerika.
Starbucks Company adalah perusahaan yang paling dikenal di seluruh bumi dan banyak lagi yang lain akan mengetahui namanya segera. Dengan fasilitas perusahaan yang baru itu akan membooming di seluruh penjuru dunia, seperti Starbucks Coffee International di Paris dan Starbucks Coffee Agronomy Company di San Jose, Costa Rica, itu telah menjadi suatu kekuatan yang sangat kuat di ekonomi yang global ini.



SEJARAH PERUSAHAAN

Starbucks yang asli didirikan di Seattle, Washington, di tahun 1971 dengan tiga mitra: guru Inggris Jerry Baldwin, guru Sejarah Zev Siegel, dan Penulis Gordon Bowker. Mereka bertiga diilhami oleh Peet Alfred, ia adalah campuran Dutch-American usahawan dan pendiri dari Peet's Coffee & Tea. Ia orang yang paling terkenal untuk memperkenalkan kebiasaan memanggang kopi kepada Amerika Serikat. Mereka mengenal secara pribadi, lalu membuka toko yang pertama mereka di Pike Place Market, tempat untuk menjual kopi dengan kualitas yang tinggi dan peralatannya. Starbucks yang asli berlokasi di 2000 Western Avenue dari tahun 1971-1976. Toko itu kemudian berpindah ke 1912 Pike Place; dan masih tetap buka. Selama tahun pertama mereka dari operasi, mereka membeli biji kopi yang hijau dari Peet'S, kemudian mulai membeli secara langsung dari penanam.

Entrepreneur Howards Schultz bergabung kedalam perusahaan pada tahun 1982, dan setelah perjalannya dari Milan, ia menyarankan perusahaan untuk menjual minuman Coffee dan Espresso seperti halnya mereka menjual biji kopi. Pemilik menolak ide tersebut, mereka percaya bahwa memasuki bisnis minuman akan mengacaukan perusahaan dari tujuan utamanya, yaitu hanya menjual biji kopi yang berkualiatas saja. Bagi mereka, kopi adalah sesuatu yang seharusnya untuk disiapkan dirumah. Mengetahui bahwa banyak uang yang bisa dibuat dari menjual Coffee yang sudah jadi di Amerika, Schultz memulai Il Giornale coffee bar chain di tahun 1985.

Di tahun 1984, para pemimpin Starbucks yang asli, yang dipimpin oleh Baldwin, mengambil kesempatan untuk membeli (Baldwin masih bekaerja disana sampai sekarang). Di tahun 1987, mereka menjual Starbucks chain ke Schultz's Il Giornale, yang menggantikan merk Il Giornale outlets menjadi Starbucks dan dengan cepat mulai untuk memperluas. Starbucks membuka lokasi pertama diluar kota Seattle yaitu Waterfront Station di Vancouver, British Columbia, Canada and Chicago, Illinois, United States ditahun yang sama. Diwaktu penawaran public pertamanya di bursa saham pada tahun 1992, Starbucks telah tumbuh menjadi 165 outlets di dunia.
Starbucks pertama yang berada diluar Amerika Utara adalah di Tokyo yang dibuka tahun 1996. Starbucks masuk ke pasar U.K. pada tahun 1998 dengan pengadaan sebanyak 60-outlet, U.K. merupakan markas dari Seattle Coffee Company, dan semuanya berubah nama/brand menjadi Starbucks. Di bulan November 2005, London memiliki lebih banyak outlet daripada Manhattan, suatu tanda bahwa Starbucks menjadi merk Internasional.


KONDISI PERUSAHAAN SAAT INI
Starbucks Corporation adalah sebuah jaringan kedai kopi dari Amerika Serikat yang bermarkas di Seattle, Washington. Starbucks adalah perusahaan kedai kopi terbesar di dunia, sejak pertama kali dibuka di Seattle, Starbucks tumbuh dengan sangat cepat. Pada tahun 1990-an, Starbucks banyak membuka kedai baru. Pertumbuhan ini terus berlanjut sampai tahun 2000-an. Pada akhir Maret 2008, Starbucks telah memiliki 16.226 kedai, 11.434 diantara berada di Amerika Serikat dan Duapuluh sembilan persen kedai Starbucks kini berada di luar Amerika Serikat. Starbucks kini dapat ditemukan hamper di seluruh Asia, Eropa, Amerika Latin, dan Timur Tengah
Starbucks menjual kopi, minuman panas berbasis espresso, minuman dingin dan panas lainnya, makanan ringan, serta cangkir dan biji kopi. Melalui divisi Starbucks Entertainment dengan merek Hear Music, perusahaan ini juga memasarkan buku, musik, dan film.
Strategi menghadapi krisis ekonomi global.Starbucks, sudah mempunyai rencana dalam tiga tahun ke depan untuk menghadirkan minuman baru dan pertumbuhan laba yang meningkat, akibat ekspansi besar-besaran. Langkah startegis tersebut didasari kenyataan yang tidak sesuai harapan. Perusahaan mengatakan, pendapatan pada kuartal kedua menurun 28 persen, karena penggemar latte di Amerika menurun seiring dengan kenaikan harga pangan dan gas.
Krisis ekonomi AS telah memukul penjualan kopi di Starbucks dan penurunan penjualan ini diperkirakan masih akan terjadi pada tahun depan.Starbuck melaporkan bahwa krisis ekonomi telah membuat jumlah pelanggan turun, sehingga omset penjualan Starbuck juga turun. Starbucks sendiri semakin terdesak karena harus bersaing sengit dengan restoran cepat saji seperti McDonald’s dan Dunkin Donuts, yang juga menyediakan kopi dan makanan lain seperi yang dijual Starbuck
Oleh karena itu Starbucks berencana membuka 700 gerai baru pada Desember di luar negeri dan menutup 20 gerai di Amerika Serikat. Ini merupakan salah satu strategi yang ditempuh untk mengatasi krisis ekonomi yg sedang tejadi.
Starbucks Corp untuk menangkis imbas krisis ekonomi dan mempertahankan pangsa pasarnya. Salah satunya, memancing pelanggan di pagi dan sore hari sekaligus.
Setelah menyatakan akan menutup ratusan gerainya, kedai kopi ini akan menawarkan paket murah minum ngopi di sore hari. Strategi ini dilakukan bukan untuk mengobral produknya, namun untuk mendongkrak angka penjualannya. Seperti diketahui produsen minuman kopi ini akan menutup 600 gerainya dan memangkas setidaknya 12 ribu karyawan. Tidak hanya pada unit bisnisnya yang berada di Amerika Serikat saja, 61 dari 84 gerainya di Negeri Kanguru alias Australia juga ditutup. Akibatnya, sekira 700 karyawan akan dirumahkan.
Goncangan ini merupakan imbas hentakan resesi ekonomi Negeri Paman Sam yang mengakibatkan merosotnya daya beli masyarakat. Kekacauan ekonomi ini diperparah dengan harga minyak mentah dunia yang menggila dan banyaknya pengangguran akibat banyak perusahaan yang gulung tikar.
Sadar akan kondisi yang tidak menguntungkan ini, manajemen Starbucks langsung melakukan berbagai promosi. Salah satunya paket ngopi sore.
Dalam membidik pelanggan, Starbucks cukup cerdik. Dia tidak hanya menggaet pelanggan di sore hari. Namun, juga pelanggan di pagi hari. Caranya, Starbuck memberikan potongan harga bagi pelanggan yang menunjukan kuitansi pembelian di pagi hari. Dengan demikian, perusahaan kopi kelas dunia ini mampu mengeruk pembeli dua kali lipat.
Bagi pelanggan yang menunjukan kuitansi, maka mereka hanya mengocek dana USD2 per cangkir kopi. Hanya dengan mengeluarkan uang yang cukup murah untuk ukuran di Amerika, pelanggan disuguhkan kopi jenis grande atau minuman ukuran medium. Para penggemar kopi ini bisa mulai ngopi murah pukul 14.00 waktu setempat.
Starbucks Corporation adalah sebuah jaringan kedai kopi dari Amerika Serikat yang bermarkas di Seattle, Washington. Starbucks adalah perusahaan kedai kopi terbesar di dunia, dengan 15.012 kedai di 44 negara. Starbucks menjual kopi, minuman panas berbasis espresso, minuman dingin dan panas lainnya, makanan ringan.
PROFIL DAN FILOSOFI PERUSAHAAN
Visi :
Menjadikan starbucks sebagai brand yang paling diakui dan dihargai di seluruh dunia
Misi :
Untuk memberi inspirasi dan semangat¬ — satu orang, secangkir kopi, dan satu lingkungan pada suatu waktu.
Starbucks berkomitmen untuk berperan sebagai pemimpin dalam memperjuangkan lingkungan hidup disetiap lini kegiatan perusahaan.
Komponen misi
• Produk yang ramah lingkungan
• Kepuasan pelanggan
• Kepedualian yang tinggi terhadap masyarakat sekitar dan kelestarian lingkunganhidup
• Menciptakan solusi yang inovatif dan fleksible dalam menghadapi perubahan
• Menjunjung tinggi etika ,Starbucks yakin bahwa malakukan bisnis secara ber- etika dan berusaha melakukan hal yang benar adalah suatu hal yang vital bagi kesuksesan perusahaan.

Friday, January 23, 2009

Review Bab 7: Etika Diskriminasi Pekerjaan

1. Sifat Diskriminasi Pekerjaan

Arti dasar dari istilah Diskriminasi adalah “membedakan suatu objek dari objek lainnya,” suatu tindakan yang secara moral adalah netral dan idak dapat disalahkan. Akan tetapi, dalam pengertian modern, istilah ini secara moral tidak netral: karena biasanya mengacu pada tindakan membedakan seseorang dari orang lain bukan berdasarkan keunggulan yang dimiliki, namun berdasarkan prasangka atau berdasarkan sikap-sikap yang secara moral tercela.
Diskriminasi bermuatan moral pada individu semacam ini, biasanya banyak terdapat di bidang tenaga kerja. Diskriminasi tenaga kerja berarti membuat keputusan (serangkaian keputusan) yang merugikan pegawai (calon pegawai) yang merupakan anggota kelompok tertentu karena adanya prasangka yang secara moral tidak dibenarkan terhadap kelompok tersebut.
Diskriminasi dalam pekerjaan melibatkan tiga elemen dasar:
  1. Keputusan yang merugikan seorang pegawai atau lebih (calon pegawai) karena bukan berdasarkan kemampuan yang dimiliki.
  2. Keputusan yang sepenuhnya diambil berdasarkan prasangka rasial atau seksual, stereotipe yang salah, atau sikap lain yang secara moral tidak benar terhadap anggota kelompok tertentu di mana pegawai tersebut berasal.
  3. Keputusan yang memiliki pengaruh negatif atau merugikan pada kepentingan-kepentingan pegawai, mungkin mengakibatkan mereka kehilangan pekerjaan, kesempatan memperoleh kenaikan pangkat, atau gaji yang lebih baik.
2. Tingkat Diskriminasi

Cara untuk melihat apakah suatu institusi melakukan diskriminasi terhadap kelompok tertentu adalah dengan melihat indikator statistik tentang bagaimana distribusi anggota kelompok tersebut dalam institusi yang bersangkutan. Indikator pertama diskriminasi muncul apabila terdapat proporsi yang tidak seimbang atas anggota kelompok tertentu yang memegang jabatan yang kurang diminati dalam suatu institusi tanpa mempertimbangkan preferensi ataupun kemampuan mereka.

Ada tiga perbandingan yang bisa membuktikan distribusi semacam itu:
  1. Perbandingan atas keuntungan rata-rata yang diberikan institusi pada kelompok yang terdiskriminasi dengan keuntungan rata-rata yang diberikan pada kelompok lain.
  2. Perbandingan atas proporsi kelompok terdiskriminasi yang terdapat dalam tingkat pekerjaan paling rendah dengan proporsi kelompok lain dalam tingkat yang sama.
  3. Perbandingan proporsi dari anggota kelompok tersebut yang memegang jabatan lebih menguntungkan dengan proporsi kelompok lain dalam jabatan yang sama.
3. Diskriminasi: Utilitas, Hak, dan Keadilan

Secara umum, argumen yang menentang Diskriminasi di bagi tiga kelompok, yaitu:

1. Utilitas
Argumen utilitarian yang menentang diskriminasi rasial dan seksual didasarkan pada gagasan bahwa produktivitas masyarakat akan optimal jika pekerjaan diberikan dengan berdasarkan kompetensi.

2. Hak
Argumen non-utilitarian yang menentang diskriminasi rasial dan seksual salah satunya menyatakan bahwa diskriminasi salah karena hal tersebut melanggar hak moral dasar manusia.

3. Keadilan
Kelompok non-utilitarian lainnya melihat diskriminasi sebagai pelanggaran atas prinsip-prinsip keadilan.

4. Tindakan Afirmatif

Semua kebijakan (tentang kesamaan memperoleh kesempatan) yang dibahas sejauh ini merupakan sarana untuk “membutakan” keputusan ketenagakerjaan terhadap aspek-aspek ras dan jenis kelamin. Semua kebijakan ini adalah negatif: semuanya bertujuan untuk mencegah diskriminasi lebih jauh. Dengan demikian, kebijakan-kebijakan tersebut mengabaikan fakta bahwa, akibat diskriminasi masa lalu, kaum perempuan dan minoritas saat ini tidak memiliki keahlian yang sebanding dengan kaum pria kulit putih; karena diskriminasi masa lalu, kaum perempuan dan minoritas saat ini tidak banyak terwakili dalam jabatan-jabatan yang lebih prestisius dan diminati. Kebijakan-kebijakan yang dibahas sejauh ini tidak membicarakan langkah-langkah positif untuk menghapuskan pengaruh-pengaruh diskriminasi masa lalu.

Untuk menghapus pengaruh-pengaruh diskriminasi masa lalu, banyak perusahaan yang melaksanakan program-program tindakan afirmatif yang dimaksudkan untuk distribusi yang lebih representatif dalam perusahaan dengan memberikan preferensi pada kaum perempuan dan kelompok minoritas. Inti dari program afirmatif adalah sebuah penyelidikan yang mendetail (“analisis utilisasi”) atas semua klasifikasi pekerjaan besar dalam perusahaan. Tujuan penyelidikan ini adalah untuk menentukan apakah jumlah pegawai perempuan dan minoritas dalam klasifikasi kerja tertentu lebih kecil dibandingkan yang diperkirakan dari tingkat ketersediaan tenaga kerja kelompok ini di wilayah tempat mereka direkrut. Analisis utilisasi selanjutnya membandingkan persentase pegawai perempuan dan minoritas dalam masing-masing klasifikasi pekerjaan dengan persentase tenaga kerja perempuan dan minoritas yang tersedia di wilayah tersebut dan yang mampu melaksanakan nya bila diberi pelatihan yang memadai. Jika analisis utilisasi menunjukkan bahwa tenaga kerja perempuan dan minoritas kurang dimanfaatkan dalam klasifikasi pekerjaan tertentu, maka perusahaan perlu menetapkan tujuan-tujuan dan jadwal untuk memperbaiki hal tersebut. Program-program tindakan afirmatif pada saat ini telah ditetapkan sebagai kewajiban bagi semua perusahaan yang menandatangani kontrak dengan pemerintah Amerika Serikat.

Tuesday, January 20, 2009

Etika Bisnis Islami

Etika bisnis lahir di Amerika pada tahun 1970 an kemudian meluas ke Eropa tahun 1980 an dan menjadi fenomena global di tahun 1990 an jika sebelumnya hanya para teolog dan agamawan yang membicarakan masalah-masalah moral dari bisnis, sejumlah filsuf mulai terlibat dalam memikirkan masalah-masalah etis disekitar bisnis, dan etika bisnis dianggapsebagai suatu tanggapan tepat atas krisis moral yang meliputi dunia bisnis di Amerika Serikat, akan tetapi ironisnya justru negara Amerika yang paling gigih menolak kesepakatan Bali pada pertemuan negara-negara dunia tahun 2007 di Bali. Ketika sebagian besar negara-negara peserta mempermasalahkan etika industri negara-negara maju yang menjadi sumber penyebab global warming agar dibatasi, Amerika menolaknya.

Jika kita menelusuri sejarah, dalam agama Islam tampak pandangan positif terhadap perdagangan dan kegiatan ekonomis. Nabi Muhammad SAW adalah seorang pedagang, dan agama Islam disebarluaskan terutama melalui para pedagang muslim. Dalam AlQur’an terdapat peringatan terhadap penyalahgunaan kekayaan, tetapi tidak dilarang mencari kekayaan dengan cara halal (QS: 2;275) ”Allah telah menghalalkan perdagangan dan melarang riba”. Islam menempatkan aktivitas perdagangan dalam posisi yang amat strategis di tengah kegiatan manusia mencari rezeki dan penghidupan. Hal ini dapat dilihat pada sabda Rasulullah SAW: ”Perhatikan oleh mu sekalian perdagangan, sesungguhnya di dunia perdagangan itu ada sembilan dari sepuluh pintu rezeki”.
Dawam Rahardjo justru mencurigai tesis Weber tentang etika Protestantisme, yang menyitir kegiatan bisnis sebagai tanggungjawab manusia terhadap Tuhan mengutipnya dari ajaran Islam. Kunci etis dan moral bisnis sesungguhnya terletak pada pelakunya, itu sebabnya misi diutusnya Rasulullah ke dunia adalah untuk memperbaiki akhlak manusia yang telah rusak. Seorang pengusaha muslim berkewajiban untuk memegang teguh etika dan moral bisnis Islami yang mencakup Husnul Khuluq. Pada derajat ini Allah akan melapangkan hatinya, dan akan membukakan pintu rezeki, dimana pintu rezeki akan terbuka dengan akhlak mulia tersebut, akhlak yang baik adalah modal dasar yang akan melahirkan praktik bisnis yang etis dan moralis. Salah satu dari akhlak yang baik dalam bisnis Islam adalah kejujuran (QS: Al Ahzab;70-71). Sebagian dari makna kejujuran adalah seorang pengusaha senantiasa terbuka dan transparan dalam jual belinya ”Tetapkanlah kejujuran karena sesungguhnya kejujuran mengantarkan kepada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan mengantarkan kepada surga” (Hadits). Akhlak yang lain adalah amanah, Islam menginginkan seorang pebisnis muslim mempunyai hati yang tanggap, dengan menjaganya dengan memenuhi hak-hak Allah dan manusia, serta menjaga muamalah nya dari unsur yang melampaui batas atau sia-sia. Seorang pebisnis muslim adalah sosok yang dapatdipercaya, sehingga ia tidak menzholimi kepercayaan yang diberikan kepadanya ”Tidak ada iman bagi orang yang tidak punya amanat (tidak dapat dipercaya), dan tidak ada agama bagi orang yang tidak menepati janji”, ”pedagang yang jujur dan amanah (tempatnya di surga) bersama para nabi, Shiddiqin (orang yang jujur) dan para syuhada” (Hadits). Sifat toleran juga merupakan kunci sukses pebisnis muslim, toleran membuka kunci rezeki dan sarana hidup tenang. Manfaat toleran adalah mempermudah pergaulan, mempermudah urusan jual beli, dan mempercepat kembalinya modal ”Allah mengasihi orang yang lapang dada dalam menjual, dalam membeli serta melunasi hutang” (Hadits). Konsekuen terhadap akad dan perjanjian merupakan kunci sukses yang lain dalam hal apapun sesungguhnya Allah memerintah kita untuk hal itu ”Hai orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu” (QS: Al- Maidah;1), ”Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya” (QS: Al Isra;34). Menepati janji mengeluarkan orang dari kemunafikan sebagaimana sabda Rasulullah ”Tanda-tanda munafik itu tiga perkara, ketika berbicara ia dusta, ketika sumpah ia mengingkari, ketika dipercaya ia khianat” (Hadits).